Crashed Against Us

original image from: asianfanfics.com
original image from: asianfanfics.com

“He’s a cold-hearted snake, look into his eyes. Uh-oh. He’s been teling lies.”

Sejak lelaki jangkung itu melajukan mobilnya, meninggalkan apartemen real estate tersayangnya di area Southeast 3rd Avenue menuju sebuah kedai kopi Starbucks yang hanya berjarak lima menit di pinggiran jalan Biscayne Boulevard, dua orang lain yang kini turut mengisi jok mobilnya sama-sama belum bersuara. Jika Luhan sibuk dengan kegiatannya menikmati sinar matahari pagi kota Miami di baris kedua, maka Yixing justru melanjutkan tidurnya di sebelah Kris. Sepagian ini lelaki itu terus-terusan mengomel tentang kepalanya yang nyeri setengah bagian.

Menjadi tuan rumah yang seharusnya melayani keinginan para tamu, hal terbaik yang dilakukan lelaki bermarga Wu itu hanyalah mengacak-acak kotak penyimpanan obatnya, menemukan satu, dua tablet obat penghilang rasa nyeri, dan menyerahkannya pada Yixing, lengkap dengan segelas air minum tanpa repot-repot mengecek tanggal kadaluarsanya. God bless you, Zhang Yixing. Semoga lelaki itu tidak bablas kehilangan nyawanya saat tidur.

Dan sekarang, Kris harus puas disambut oleh omelan Yixing lagi saat ia dengan susah payah membangunkannya, setelah menepikan mobilnya di pinggir kedai.

For God’s sake, Kris, aku baru tertidur lima menit. Tidak adakah kedai kopi lain yang berjarak minimal dua jam dari apartemenmu?” tanya Yixing, sembari bersusah payah melepaskan sabuk pengamannya dengan setengah hati.

Di belakang, Luhan menahan tawa. “Lanjutkan tidurmu di dalam. Kau tak ingin berakhir seperti Mr. Carlos saat Kris sudah kehilangan kesabarannya. Percaya padaku.”

Kris mengangguk singkat menyetujui pernyataan Luhan, dan ialah orang pertama yang membanting pintu mobilnya, sebelum berjalan dengan santai menuju pintu masuk.

Suara yang berasal dari pekerjaan perbaikan jalan tepat di depan restoran grill Salsa Fiesta hingga sepanjang jalan Biscayne Boulevard menyambut Yixing dengan suka cita begitu lelaki itu menapakkan kakinya di luar mobil. Jujur saja, yang saat ini tengah bersamanya di sana tak bisa lagi menahan kekehan pelannya waktu Yixing sontak mengangkat kedua tangannya, menutup rapat-rapat kedua telinganya.

Cuaca tropis Miami, migraine, dan pekerjaan perbaikan jalan bukanlah kombinasi yang benar-benar bagus, dan Yixing adalah orang pertama yang akan mengacungkan ibu jarinya ke udara tanda setuju akan pernyataan itu.

Saat akhirnya Luhan berhasil menyeret Yixing memasuki kedai beraroma kopi yang menguar di udara itu, sosok jangkung Kris yang duduk di sudut ruangan adalah yang pertama kali menangkap perhatian mereka. Di meja, telah tersedia tiga cangkir hot cappuccino yang masih agak mengepul, serta tiga porsi butter croissant. Oh, tunggu. Ada satu lagi yang belum disebutkan.

“Itu apa?” Luhan menunjuk bungkusan plastik bening di ujung meja.

Kris menghela napas. Matanya mengawasi saat dua lelaki itu mengambil tempat di hadapannya. “Percayalah, Lu. Kau tidak ingin berurusan lebih lama dengan seorang Zhang Yixing yang tengah diserang migraine,” responnya datar, membuatnya mendapat delikan tajam dari pihak yang bersangkutan.

Screw you, jack-ass.

Thank you.

Ketiganya makan dalam diam, terkecuali Kris yang tadi sempat mengambil gulungan koran di samping meja kasir, sehingga selain memasukkan croissant itu ke dalam mulutnya, ia sibuk membolak-balik harian Miami New Times. Barangkali membaca ramalan cuaca untuk seharian ini, atau laporan terkini tentang tim sepakbola mana yang menang semalam, atau bisa juga sekadar membolak-balik halaman itu tanpa benar-benar membacanya.

Karena di kepalanya, kini tengah bergelut sesuatu yang terus mengganggunya sejak pukul dua dini hari tadi. Dering telepon halus yang membangunkannya, disusul oleh suara anggota tim-nya Kim Minseok, yang rupanya masih bertahan di lab selarut itu. Ya, soal pekerjaan kotornya bersama Yixing dan Luhan hanyalah menjadi rahasia mereka berenam, tim forensik shift siang yang diketuai oleh Kris sendiri, dengan dua anggota lainnya Kim Jongdae dan Huang Zitao.

“Kau tidak akan terlalu senang mendengar hal ini, Kris.” Minseok mengawali informasinya dengan kalimat demikian, mengantarkan kelejat tegang ke seluruh tubuhnya. Ia tidak hanya mempertaruhkan posisinya saat ini, namun juga posisi serta nyawa kedua sahabatnya.

Dan sampai pada saatnya ketika tangan kanan Luhan sontak menghentikan pergerakannya yang lagi-lagi ingin membalik lembaran kertas itu, disusul oleh tatapan menyelidik dari Yixing di sebelahnya. Mereka bertiga sudah bekerja bersama dalam jangka waktu yang panjang, bukan hal yang sulit dilakukan untuk menebak apa masalah yang tengah menimpa satu sama lain.

Oh, dan jangan lupakan satu hal. Mereka adalah detektif, saudara-saudara.

Throw that bitch-face away, Kris. Spill. What happened to you?

Lelaki itu menatap ragu pandangan Luhan yang sedikit berbeda dari biasanya. Croissant-nya yang tertinggal setengah kini teronggok terlupakan di piring, dan sejauh lelaki itu membolak-balik halaman koran sembari berpikir, seingatnya ia hanya sempat menyesap satu, dua kali dari cangkir cappuccino-nya.

Your plan to cover up our dirty jobs, it’s not working, right?” Yixing buka suara, seolah memojokkan posisi Kris saat ini. “I told you. Aku akan menggantikan sidik jarimu di pistol itu, Mr. Wu. Tidak perlu mempersulit kasusnya dengan mengerahkan seluruh tenaga anggota tim-mu yang lain. Ini urusanku dan Luhan. Kau tak sepatutnya terlibat.”

Look, Kris. We’re best friends, I know. But we’re different now, Man,” Luhan mendesah, menjauhkan piring kosongnya dengan remah-remah croissant itu dari hadapannya. “There are two bad guys in front of you right now. You’re a cop, Dude. You know what to do.

Kris bungkam. Tatapan setengah polos dua sahabatnya ini justru mengintimidasinya habis-habisan. Ck. Ayolah. Kapan lagi ada dua orang penjahat yang dengan sukarelanya menjatuhkan diri tepat di hadapanmu. Tidak ada tembakan peringatan, tidak ada kejar-kejaran sepanjang jalan, dan tidak ada pula pemborgolan tangan secara paksa.

Untuk sejenak, penjelasan Minseok dini hari tadi kembali menelusup dalam pikirannya, seolah mengeja setiap kata lambat-lambat, menyiksanya perlahan dengan sesuatu yang tak mampu dijelaskan oleh akal sehat. Dan ketika lelaki itu membuka matanya kali ini, Yixing dan Luhan masih tetap di sana, dengan senyum mereka yang seperti biasa, namun kali ini terlalu menyakitkan untuk sekadar dilihat.

I said no. And this talk is over.

Dengan kalimat itu, Kris mengangkat tubuhnya bangkit, meninggalkan Yixing dan Luhan di tempatnya masing-masing. Iya. Lelaki itu memang keras kepala.

Kris kembali duduk di belakang kemudi, setelah kata-kata terakhirnya tadi untuk mengingatkan Yixing mengenakan sabuk pengamannya. Kadang penyakit lupa lelaki itu benar-benar akan menyulitkan semua orang, dan mendapat kartu tilang di jalanan hanya karena masalah sepele bukan kegiatan favorit seorang Kris Wu—tidak untuk Yixing, karena ia telah seringkali mengalaminya, tentu saja.

“Jongdae sudah menemukan cara untuk merekayasa rentang waktu kematian, membuat semacam luka palsu untuk melencengkan penyelidikan, dan menyusun alur kematian lain yang berhubungan dengan nitrogen cair. Tidak tahu, mungkin memasukkan serta sampanye ke dalam perutnya. Keberadaan red wine itu sudah mutlak,” Kris memulai penjelasannya saat melajukan mobil menuju pintu gerbang jalan bebas hambatan. “Kasus ini terjadi di apartemenmu, tim kita tidak diperbolehkan menyelidikinya sama sekali. Letnan Caine memberikan sepenuhnya kasus ini pada Kim Joonmyun.”

Luhan menaikkan sebelah alisnya. “Bukankah tim-nya bekerja di shift malam? Bagaimana Minseok bisa ada di lab tanpa ketahuan semalam?”

“Jika Zitao sudah turun tangan, Lu, problem resolved. Kembaranmu si Oh Sehun itu sudah pasti diajak bermain olehnya, entah kemana. Dan Joonmyun tidak akan membuang-buang waktunya yang berharga hanya demi mengurusi medical examiner-nya itu,” jawab Yixing dengan senyum timpangnya, dan di sebelahnya, Kris mengangguk menyetujui.

“Dan yang sekarang masih dipusingkan adalah merekayasa sidik jari pada pistol, botol red wine, dan botol sampanye yang ditinggalkan di tempat kejadian perkara. Botol sampanye sudah keluar hitungan, karena hanya ada sidik jari Ned di sana,” Kris melanjutkan, “dan semalam Minseok tengah mencari data-data pada CODIS untuk setidaknya menemukan satu di antara jutaan sidik jari untuk mengecoh penyelidikan.”

You’re kidding, Kris,” Yixing menyela. “Forget it. That’s not working. Aku dan Luhan akan segera melapor siang ini. Telepon Minseok sekarang juga dan katakan padanya untuk berhenti mencari. Man, kau memutar-balikkan fakta ketika Letnan Caine tengah turun tangan untuk ikut mengerjakan kasus ini. Are you insane?

Lelaki jangkung itu bungkam lagi. Mereka hampir mencapai pintu keluar 11 untuk Cutler Ridge Boulevard, yang akhirnya nanti akan menuju Southwest 216th Street. Keadaan di antara ketiganya kini hening kembali, dimulai dengan Yixing yang masih duduk tak nyaman di posisinya, dan Luhan yang telah akan menyerah akan sikap Kris yang keras kepala. Demi Tuhan, ini pekerjaan kotor mereka, dan Kris tidak seharusnya terlibat.

It may sounds ridiculous, but…” Kris menggantungkan kalimatnya, menelan air liurnya pahit. “Kalian serius akan melakukannya? Yeah, perlakuan pria itu di masa lalu mungkin akan membantu kalian di pengadilan, tapi itu hanya sekian persen. Tidak sebanding dengan apa yang telah kalian lakukan padanya. Kemungkinan kalian kalah akan lebih besar.” Lelaki itu menghela napas saat mengatakannya.

I’ll do it! I will.” Luhan adalah yang pertama kali menjawab pertanyaan Kris dari kursi belakang. “Dengar, Kris, segera beritahu Minseok sekarang juga untuk berhenti mengutak-atik mesin CODIS kesayangannya itu, lalu pulang ke rumah, buat secangkir kopi, dan tidur. Aku bertaruh, matanya pasti sudah mirip milik Zitao sekarang.”

Yixing terbahak di kursi depan, memaksa Kris untuk mau tak mau menanggapinya dengan seulas senyum tipis.

“Aku akan menyuruhnya nanti saat kita sampai,” jawab Kris. “Dan kalian jangan berani-beraninya meninggalkanku, oke? Kematian Ned ada di tanganku, demi Tuhan, aku yang meloloskan peluru itu padanya—“

“Tapi ini ideku sejak pertama kali!”

Shut up, Lu! I would not let you two do stupid things without me, okay? So, I’m in.

What the heck, no way!

Kris memutar bola matanya. “Yes way. And Yixing, instead of yelling at me, go dig in that cooler and hand us a can of beer. We need a little celebration.

Kali ini, Yixing benar-benar memusatkan seluruh perhatiannya pada Kris yang masih menyetir dengan santai di belakang kemudinya. Tatapan yang seolah berkata bahwa ia menginginkan penjelasan lebih, benar-benar mewarnai air mukanya saat ini. Saat Yixing menoleh pada Luhan yang duduk sembari memijat keningnya di kursi belakang, lelaki Beijing itu hanya menggelengkan kepala.

He’s crazy, and we’re even crazier because we’re his lovely best friends,” Luhan mendesah pada Yixing. “Ambilkan saja kaleng-kaleng bir itu. You don’t want to have an angry Kris Wu while he’s driving. Aku masih sayang nyawaku sendiri.”

Okay, okay whatever.

Yixing merendahkan tubuhnya, menggapai-gapai sesuatu di lantai mobil lelaki itu. Yaa, sepanjang yang ia tahu, Kris selalu menyukai minuman dingin di tengah cuaca tropis macam Miami, karena itulah Kris selalu rajin mengisi cooler di mobilnya entah dengan bir, air mineral, hingga pernah suatu kali Yixing menemukan lima batang es krim di dalamnya. Oh benar, saat itu Miami tengah dalam fase terpanasnya sepanjang tahun.

Hey, Lu, give me a hand. Kurasa cooler-nya ada di bawah tempat dudukku.”

Right away, Sir.

Kris tersenyum kecil dari balik kemudi. Dua orang ini adalah dua orang yang pertama menyapanya saat pertama kali kakinya menginjak lobi utama kantor Miami-Dade Police Department, bertanya padanya dengan wajah polos di mana letak toilet terdekat, tanpa mengetahui bahwa saat itu juga hari pertamanya berada di sana.

Dan ternyata dugaannya benar. Baik Luhan maupun Zhang Yixing adalah murid yang benar-benar baru lulus dari sekolah kepolisian, mendapatkan beasiswa serta tawaran penuh dari departemen ini untuk direkrut. Sedangkan dirinya sendiri semula tergabung dalam tim penjinak bom selama setahun terakhir, sebelum akhirnya atasannya menyadari bahwa usianya masih terlalu muda, dan memutuskan untuk membiarkannya bergabung dengan kepolisian Miami-Dade. Setidaknya Kris masih bisa bersyukur untuk itu.

Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk mengakrabkan diri saat ditempatkan dalam satu tim. Dari tingkat officer, hingga sekarang posisi Yixing sebagai homicide detective, lalu Luhan sebagai assistant supervisor, dan dirinya sebagai supervisor dalam tim yang sama, segalanya benar-benar suatu pengalaman yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi seandainya dulu Kris menolak penawaran atasannya untuk bergabung di kepolisian.

Lingkar teman yang indah, begitu caranya menyebut hubungan mereka bertiga. Hingga ia rela melakukan apapun demi pekerjaan kotor kedua sahabatnya yang lain. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk tetap ikut terlibat apapun yang terjadi. Bukannya menyesal, Kris justru bersyukur ia sempat melolos dua peluru itu hingga bersarang di jantung Ned yang akhirnya ambruk, walaupun ia ingat betul bahwa tembakan itu hanyalah sebagai pelindung diri.

Dan sekarang, dengan keputusan Yixing dan Luhan untuk menyerahkan diri, sesuatu di dalam hatinya berteriak protes, memaksanya untuk bersikap di luar pemikiran akal sehat—di saat Yixing menawarkan untuk menukar sidik jari di pistol milik Kris, dan di saat Luhan memaksanya untuk menghentikan apapun rencananya demi menutupi pekerjaan kotor mereka.

Iya. Sekali lagi. Kris memang keras kepala.

Maka, saat lampu sen milik sebuah concrete mixer truck raksasa ditujukan pada kendaraannya yang sudah keluar jalur, alih-alih mengerem atau mengembalikannya ke jalur semula, lelaki itu justru menekan jauh pedal gasnya. Membuat Yixing maupun Luhan yang semula disibukkan dengan cooler sialan yang bersembunyi di bawah tempat duduk Yixing mengangkat kepalanya.

Sebelum dua lelaki itu mengerti apa yang tengah menimpa mereka, lolongan panjang mesin klakson kendaraan raksasa di hadapan mereka adalah yang pertama kali menjelaskan segalanya, disusul dengan bunyi tabrakan antar besi dengan suara melengking.

“Lompat keluar, kalian berdua!”

Kris sempat mendengar teriakan Luhan, sesaat sebelum ia sadar kepala bagian belakangnya membentur sesuatu yang keras dan kakinya terjepit di antara pedal dan temapat duduknya sendiri. Angin bertiup dari pintu di sisi kanan Luhan yang kini terbuka lebar memberitahunya bahwa lelaki itu masih sempat membuka kunci otomatisnya, menarik Yixing ketika lelaki Changsha itu juga membuka pintunya.

Dadanya sesak, terjepit di antara kemudi dan tempat duduknya sendiri, dan kepalanya nyeri bukan main. Ia masih sempat berterima kasih pada Tuhan karena si supir truk sepertinya mengerem di saat yang tepat, sehingga kini ia tidak perlu melihat tubuhnya remuk sempurna di kursi mobil.

Bau aspal dan asap kendaraan yang bercampur memenuhi indera penciumannya, dan dengan tenaga paling terakhir yang ia miliki, dibukanya pintu di sisi kirinya—ia bersyukur tidak menemukan kesulitan berarti saat mendorong pintu itu.

Berjalan memutari mobilnya yang cacat parah di bagian muka sembari menyeret kakinya yang terasa patah di beberapa bagian, Kris menahan napasnya di tenggorokan saat dilihatnya tubuh Luhan yang tergolek lemah sembari menatap langit, sementara tak jauh dari sana, Yixing menelungkup tak bergerak. Iya. Keduanya mungkin memang sempat keluar dari mobil demi menyelamatkan diri, tapi apa yang bisa kau harapkan ketika kau keluar dari mobil yang tengah bertabrakan dengan truk pengaduk semen, lalu terseret ke belakang sejauh beberapa meter.

Sudut matanya menangkap pergerakan minim pada Luhan, hanya untuk tersadar bahwa lelaki itu baru saja memuntahkan darah, membuat kemeja putihnya kini tidak hanya ternoda oleh aspal, namun juga cairan merah itu. Yixing… yang ia lihat dari tempatnya kini hanyalah pergerakan tak berarti dari tiap jari tangannya, sebelum kemudian tidak ada lagi yang bisa menangkap perhatiannya.

Kris tersenyum timpang, seolah gila, mengabaikan panggilan dari supir truk yang masih terdiam di posisinya. Seakan berjalan dalam lautan karamel, Kris menyeret langkah, menjatuhkan lututnya di antara tubuh Yixing dan Luhan. Napasnya pendek, pandangannya mulai diburamkan oleh tirai kasat mata, dan denyut nyeri di belakang kepalanya makin menggila sekarang.

Ketika akhirnya ia jatuh menelungkup tanpa bisa mencegah wajahnya membentur aspal yang panas terbakar matahari tropis Miami, hal terakhir yang masih sempat didengarnya hanyalah teriakan minta tolong dari suara yang sama, suara si supir truk. Dan ketika langkah si supir mendekati posisi ketiganya, pandangannya sudah benar-benar gelap, dan rasanya seperti terbang ke awang-awang.

Mungkin dalam rentang waktu satu jam ke depan, sisa tiga anggota Det. Kris Wu di lab, serta rekan satu tim Det. Luhan dan Det. Zhang Yixing akan menunduk, melepas topi mereka, serta memberikan penghormatan berduka. Dalam rentang lima jam ke depan, ketiga orang itu akan berusaha menyelidiki kasus terbaru ini. Dan di saat itu pula, mereka akan menyadari bahwa semua ini hanyalah tindakan dari pemikiran pendek seorang Kris Wu, dengan alasannya yang sepele.

Dan jika boleh mengandaikan baik Kris, Luhan, dan Yixing bercakap-cakap di langit sana, maka hal pertama yang akan Yixing dan Luhan tanyakan adalah, “Why did you do that, Kris?”

Maka Kris akan menjawab, “Because some things are better left unsaid. And I would never, ever, let you two do stupid things, alone.

* * *

p.s: so, um. this is the last piece of blurred mind and in too deep series (bukan series juga sih sebenernya >.<) kalo boleh jujur, nulis bagian ini emang ga se-enjoy nulis in too deep, tapi lebih enjoy daripada blurred mind. so excuse me if there’s something stupid popped up in the middle of this story, okay xD

see you at the next scene of this golden trio! xD

29 thoughts on “Crashed Against Us

  1. oke, aku speechless
    ya tuhan ya tuhan ya tuhan kris

    pertama, kayanya abis ini aku nggak mau ngefans kris lagi
    aku nggak mau ngelirik kris lagi
    maunya kris nggak usah deket deket yixing luhan lagi
    tapi mana bisaaaaa sih yaaaaaa xD kris yixing luhan itu a whole package deal
    /ceritanya galau dan dilema/

    kedua, bagaimanapun aku harus ngucapin terima kasih ke kamu
    soalnya kamu mempertimbangkan (masukin di sini malah) request-ku buat nggak membunuh salah satu yixing/luhan
    pokoknya kalo salah satu dr mereka mati, yg lain juga. salah satu dr mereka sial, yg lain juga. yg satu happy satunya juga. ini egois bgt sik tp asli masih trauma step xD
    daaan.. tadaaah bonusnya kris mati juga HAHAHAHA

    aku sama sekali nggak nyangka ini bakal berakhir seperti ini
    pas kamu update di twitter mau dibikin ending tragedy, sempet kepikiran bakal berhubungan dengan kematian, but this way, Kris Wu? seriously?

    hm, tentang tiga tokohnya sih, aku suka karakternya. setengah berharap kamu mau agak nge-zoom karakter-karakter minor sih, tapi mungkin ribet sih ya
    yixing dan luhan hampir mirip, tapi masih bisa dibedain
    dan demi tuhaaannn.. aku suka bgt karakter yg kaya mereka, cold sarcastic dan observer!
    itu yg aku tangkep sih hehe, semacam yixing sama luhan ini sama-sama bisa ngebaca gesture satu sama lain plus kris tanpa perlu tanya dulu. aku suka yg kaya gitu.

    karakter yixing di blurred mind ke in too deep dan ke sini agak berubah dikit. terutama yg dari blurred mind ke in too deep. karakter luhan constant dan makin keceee. karakter kris, berubah juga yg dari in too deep ke sini. haaahh, aku masih nggak nyangka aja si kris bakal sependek itu memutuskan something crucial.

    sedikit di sini “mengabaikan panggilan dari supir truk yang masih terdiam di posisinya.” agak janggal sedikit kalo menurutku. xD but it’s fine anyway.

    dan oh kayanya aku ngerti di bagian mana kamu agak kesusahan buat nulis. xD ga apa-apa kok, ini nggak ngecewain serius. tetep semangat nulis ya, apalagi nulis golden trio (iya, aku bilang tadi jadi antifansnya kris tp masih cinta sama golden trio kok xD)

    maaf ya, kepanjangan. keep writing fika! :D

    Like

    1. nah kak, that’s my weakness: karakterisasi. that’s why aku ga pernah bener kalo bikin fanfic ber-series >< suka ada yang ga konstan, bener-bener tergantung mood kalo mendalami karakternya huhuhu… really, your hawk-eyes kaaaak..

      nonono, komen ka putri walaupun panjang tapi aku suka bacanyaaa…xD never change ya kak, I do love your comment, and your hawk-eyes for sure! hehehe

      Like

      1. padahal aku semacam merasa bersalah kalo ngasih komen kepanjangan plus agak terlalu detail gitu
        setuju yg masalah ff chapter, sering rumit sendiri
        but overall, aku suka karakter golden trio di sini xD

        Like

  2. i can’t explain what i felt when i saw one notification message in my mail inbox. kayak lihat sinar penyelamat(?) *abaikan*. oke, um, jadi… the fuck, kris wu, what have you done. do you have to end it like that… i’m speechless.
    (iya, selesai komennya. kan speechless *dibunuh)

    Like

    1. oh, lupa bilang.
      aku selalu kagum/heran sama orang yang bisa nulis latar dengan detil. semacam ini. maybe because i myself can’t really survive doing background researches. tapi ini keren aaaaaaaaakkkkk ;w;

      Like

      1. hahaha, thanks to google maps >< dan gara-gara ngepoin jalanan disana rasanya pengen langsung terbang ke miami xD
        makasi aufaaaa :D

        Like

  3. aaakkkk! i think my eyes just popped out like kyungsoo’s. *eh
    /hands all the best author awards to you/
    suka karakter kris. suka krislayhan. suka setiap huruf yg ada di cerita ini. please ini dibikin film please. dijual ke SMent, buat gantiin wolf drama ver juga nggak papa. *dibunuh

    Like

    1. so, kyungsoo was like: O____O why meee? xD hahaha
      aaakkk thank you marchaaa… ah yaampun iya banget aku mau nonton film macam ginian, mana krislayluhan yang main pulaa haha.
      dan bahkan sampe sekarang itu drama ver ga keluar-keluar -_-
      thank you marchaaa ><

      Like

  4. fika :'( aku ga tau nih mesti bilang apa habis baca ff ini, yang jelas aku bacanya sambil menganga ! aku bener-bener suuuka sama cara kamu nulis :'( dan semua scene nya itu bener-bener detail banget dan ini apaan golden trio ? aku kengen banget sama mereka habis baca step dan ‘plop’ aku nemu fanfic kamu yang ini fik aaduh, jarang banget aku nemuin fanfic dengan genre kaya gini dan sekalinya nemu bisa bener-bener bikin heartbreaking yaaduh, nangis lah kalo baca-bacain fanfic kamu fik :'(
    aku pikir itu akhirnya si Kris nggak mati soalnya dia masih sempet bediri-bediri gitu kan, aku kirain dia sengaja ngebunuh yixing sama luhan biar masalah selesai tapi ternyata….ini aku ga nyangka banget kalo ternyata dia mau mati sama-sama (aku paling suka bagian itu !) duuh bisa banget deh idenya hahaha
    p.s : aku jatuh cinta banget sama karakter Kris di sini !

    Like

    1. introducing! golden trio of chinese-line; wufan-luhan-yixing xD (no, not yaoi xD) entahlah aku enjoy aja nulis mereka bertiga dalam satu ff haha. friendship mereka bertiga itu favorit banget bangeeetttt.. jadi harap maklum kalo akhir-akhir ini blognya penuh golden trio terus hehehe.
      step! no. aku udah kapok baca ff itu. aku puasa liat wufan-luhan-yixing abis baca itu. aku ga tegaaaa sama mereka. kupikir 48hrs udah epic, ternyata masih ada yang lebih heart-breaking lagi demi apapun..

      hahaha karna kris terlalu coward buat rela ditinggal sama dua temennya kalo nanti yixing-luhan masuk penjara xD
      makasi banyak yaa asaa :D

      Like

  5. Kak seriously??? Itu 3 orang mati??
    Err…aku bingung sekarang komennya apa lg,tp beneran deh kok kayaknya otak kris yg punya seribu akal2an itu jd buntu mendadak Y.Y
    aaah…sayang banget,kris terlalu setia sama sahabatnya…kalian belum pada pacaran,belum nikah,belum punya anak,masih muda,tapi udah keburu mati duluan!
    Pokoknya ini salahnya babi rebus! Udah gak mau tau babi rebus musti tanggung jawab!! /diseret ke RSJ/
    yak kayaknya mereka semua bener2 kerja ekstra ya buat ngelindungi rekan satu timnya…minseok mata imut km masih baik2 aja kan say? #plakk
    eh apaan deh itu sehun diajak main ke mana sama tao?? Jangan main yg macem2 ya…main bunuh2an gak papa tp /eh?/
    udah mati begitu harusnya aku sedih kan yah…eh tapi kok malah nyengir kuda gegara baca luhan yg nanya ke kris “why did you do that, kris?”
    hadeh…udah di alam baka juga masih sempat nanya ya? Gak ketemu sama babi rebus? Kalo ketemu abisin aja lg,pake cara lebih sadis kalo perlu XD /dendam kesumat/
    okay let them rest in peace up there Y.Y

    Like

  6. K.E.R.E.N! demi persahabatan mrk, kris g rela lay-luhan susah di penjara. Tp gak gitu jg kali, yifan. Pake decoy gt. Bkin mobilnya trbakar kek, n dlmnya diisi mayat yg dipakein baju mrk gt. N mrk kabur yg jauh. #bikinffndiriaja! Kata author. Hehe jujur, q jarang tertarik m ff indo. Tp, q jd penasaran pngen bc smw ff mu. Q suka temanya, alurnya, plotnya, diksinya, sisipan b.ingnya, manly, thrilling, and KRIS-LAY-HAN sbg cast. And HOLLYWOOD BANGET! emg beda ya. Tontonan bs pengaruhin gaya nulis kt. Bykan nntn ftv,sinet n drama maka ffnya ya gt2 tipikal. Nntn film2 or serial hollywood, jdnya ff2nya variatif n keren. Good job! Again, 2 thumbs up.b^.^d

    Like

  7. Jadi mereka semua mati karena ulah Kris.. Awwwww kris, gamau Yizing sama Luhan menderita, gapake bunuh mereka juga kali.. Hahaaha

    Hallo fika, boleh panggil begitu? Aku areta, salam kenal :)

    Like

  8. shockkkkkk!!! what the hell kris wu???
    akhhhhhh, sumpah aku masih shock baca ini. oke, mreka bertiga mati dengan hubungan persahabatan yg kuat, tpi ttep kok mati sih kak?. hehehe,
    yixing bilang suruh nyari kedai kopi yg jaraknya 2 jam lagi. asli itu ak ngakak, tpi masih shock sma endingnya. golden trio jngan mati *oke ini lebay*

    Like

    1. kris terlalu coward buat ditinggal temen-temennya nanti misalkan lay luhan bersalah terus dipenjara. jadi mungkin mending bunuh diri hahahaha.
      makasi banyak yaaa hehehe ;D

      Like

  9. Dibuka dengan scene yang lucu-lucuan *?* khas anak cowok. Yg bikin senyum2 sendiri, yang bikin….. cukup melting *.*

    Oh astaga Trio Golden ini… kamu bikin aku jadi melirik mereka pmft

    Tapi sayang diakhir…. si Kris malah ambil keputusan yg oon banget -_-
    Tp gpp, ini ending yg cukup ngggg…… cukup mengejutkan, tpi nggak mengecewakan kok!

    Oh, fyi, aku baca ini siang tadi juga hahaha blm komen krn gk enak ketak ketik komentar di kantor banyak mata2 xD

    Like

    1. hehehehehehe xD virus golden trio menyebar dengan baik xD

      kris terlalu coward buat nanti akhirnya ditinggal teman-temannya, makanya dia milih jalan tengah buat nyelesein semuanya. yah, itulah kris hahaha.
      makasi banyak kak ^^

      Like

    1. oke sip, mereka emang pantes mati sih…

      #diinjek

      btw dibully itu emang gak enak banget ya xing, han… dan kata2nya kris yang terakhir disini ituuuu….

      ffnya bagus bgt. snarky, sarcasm remarks, humornya dapet banget sama aku. ini kereeeeen banget. meski ada tiga cowok super cakep yang musti mati mengenaskan meninggalkan minseok jongdae tao… poor them. #kicked

      Like

      1. nah itu makanya xD sedikit pesan yang pengen aku sampein sih, kalo efek samping dibully ya ini, hehe, mereka yang nggak terima, trus akhirnya dendam, yaa beginilah..
        hahahaha. kris yang nggak pengen liat sahabatnya masuk penjara milih mati sama-sama hahaha. but, yah, as you said, mereka emang pantes mati sebenarnya xD
        thank you yaaa :D

        Like

  10. ahahaha mereka mati hahahahaha
    Kris bikin Luhan ma Yixing main main di surga hahahahaha
    fik ini ending yang baik buat mereka bertiga hahahahaha

    fikeey fighting! :D

    Like

  11. omegat omegat omegat ka fikaaaaaaaaa!!
    speechless T.T
    itu mereka bertiga beneran mati?? mati??? MATI??? krisss kenapa? huhuhu T.T
    dan percakapan dilangit itu, NYESEK BANGET KAK :'(
    sumpah kak ini maknanya dapet banget :'( persahabatan tuh emang kayak gitu saling ngelindungin satu sama lain, susah senengnya dilaluin bareng2, dan walaupun lagi ada masalah yang berat yah kalo udah ngumpul mah seneng2 aja, ketawa2 lupa sama masalahnya, kayak mereka bertiga :’)

    dan walaupun agak sebel sama pemikiran kris yang pendek itu, ga apa2 lah terima aja, merekanya juga kayaknya bahagia :’)

    bener2 Lingkar teman yang indah :’)
    luv ya golden trio <3

    and thank you kak, udah bikin cerita yang keren bgt ini, bighug dulu ah buat kak fika/hug/
    sekali lagi ini keren kak :)

    Like

  12. oh em je helloooooooo. itu mereka ber 3 beneran mati? saoloh Kris otaknya terbuat dari apa ya? kok bisa2 nya mempunyai idr gila ky gtu? spechleessss sumpah. cerita ini d boleh gak d bilang sequel dari in too deep? daebak.

    Like

  13. OH,,KRIS ya ampun kamu nekad banget banget.Bener bener gak waras tuch orang .Salut banget sama persahabatan mereka yang solid abis,kris emang keras kepala tapi dia setia kawan.
    Sampai mau-mau aja terseret dalam masalah itu,coba aja gak ada adegan pembunuhan…..

    Like

Leave a comment