In Too Deep

intoodeep

“Ups. Is he dead yet?”

 

Aura kemarahan lelaki itu semula menguar ke udara gegara tersangka utama yang namanya baru saja dikirimkan dari pusat oleh Minseok sang laboratory technician, menolak bekerja sama, memutar-balikkan fakta bahwa kali ini ia tengah dilanda kesibukan sebagai juru kunci penyimpanan tabung gas halon, yang pagi ini memenuhi atmosfer lab di lantai dasar. Minseok berulang kali mengatakan mereka setidaknya harus menahan si tersangka ini, menambahkan dengan sedikit ancaman bahwa akan terjadi peracunan oleh gas entah di bagian mana Miami lagi setelah ini.

Menjadi satu-satunya orang yang paling lihai menahan emosi—yeah, Tao baru saja menggebrak meja kayu di ruangan si juru kunci, meneriakkan sumpah serapah, lalu akhirnya pergi ke luar, dan dahi Kris baru saja mengerut lebih dalam saat ini—Luhan mencoba menenangkan dirinya, menghela napas, dan menekan jauh-jauh harga dirinya untuk bicara lebih halus lagi.

Sir, kami butuh anda untuk bekerja sama.”

Si pria dengan janggut yang menjuntai berantakan dan rambut sehitam arang yang ikal tanpa disisir kali ini menghela asap rokoknya, tepat di hadapan Luhan yang hanya menutup kedua matanya, memblokir helaan asap rokok si pria. Jika ia tengah memegang pistol, isi kepala pria itu akan telah berhamburan di lantai dua detik lagi.

Listen, Kid. Aku tidak punya waktu untuk melayani mainan detektif-detektifanmu saat ini, oke? Atasanku sedang menunggu di ruangannya sekarang, dan aku tidak ingin mengorbankan pekerjaanku dengan membiarkannya menunggu lebih lama,” si tersangka berkata angkuh sembari menginjak batang rokoknya yang terakhir. “Pack your bags, the way out is right there.

Dia meninggalkan Luhan dan Kris yang masih berdiri terpaku di tempat mereka. Lelaki yang sedikit lebih pendek itu menghela napas. “It’s not working. Aku akan menyuruh satu atau dua officer untuk mengawasi ruangan ini dari kejauhan. Orang ini belum bersih,” tuturnya, hendak mengambil ponsel di saku saat tangan Kris menghentikannya.

Luhan mengamati punggung Kris yang kemudian menghilang di balik lemari kayu berukuran besar berisi berkas-berkas. Lelaki jangkung itu belum sedikitpun berbicara sejak mereka mencapai tempat ini, menyerahkan segalanya pada Luhan, karena ia tahu rekannya itu setidaknya tidak akan sekonyong-konyong menodongkan pistol sebajingan apapun tersangka yang mereka temui.

Uh-oh. Jangan katakan kalau Kris sudah kehilangan kesabarannya kali ini.

Maka, saat suara debuman yang agak kasar terjadi di belakang sana, Luhan segera bergegas meninggalkan posisinya saat itu juga, melesat ke belakang, dan seolah memberikan tatapan ‘kubilang-apa-kau-harus-bekerja-sama-lihat-itu-macannya-mengamuk’ pada si pria tersangka yang kini hampir kehabisan napas, saat Kris membuat tubuh pria itu rata dengan permukaan meja, mengunci seluruh pergerakannya dengan lengannya di pangkal leher.

Now, you listen to me, Mr. Carlos,” Kris berujar dengan suaranya yang rendah, pelan, dan sarat ancaman. “Kau akan menunjukkan ruangan yang penuh dengan gas halonmu itu padaku dan bocah di sana—“ ia menunjuk Luhan yang menatapnya balik dengan pandangan tidak terima, “—atau kubuat kau pulang ke rumah tanpa kepala. Got it?

You… son of a bitch.

Sebelah alis Kris terangkat. “Well, I take that as a compliment,” ia mencekal tangan kanan pria itu, memutarnya ke balik badan, dan mendorongnya agar segera berjalan. “Now, move.

Luhan mengangkat bahunya, mengekor di belakang Kris yang masih memasang wajah datar. Yeah, yeah, jangan salahkan dirinya jika sifat Kris yang satu ini keluar tiba-tiba, toh ia sudah memperingatkan si pria tersangka itu tadi, kan?

Tersangka mereka siang ini membawa keduanya melewati jalan setapak yang hanya cukup diisi oleh seseorang—dua orang, jika tubuhmu sekecil seorang anak berumur sepuluh tahun—dengan tembok pembatas berupa dinding yang masih disemen di sisi kanan dan kiri. Luhan berjalan paling belakang, siap dengan moncong pistolnya di depan, berkali-kali memeriksa keadaan di balik tubuhnya.

Bukan tidak mungkin akan ada orang lain yang tiba-tiba hadir dan menodongkan laras panjang.

Ketiganya berhenti di depan sebuah ruangan tertutup dengan pintu besi yang terlihat kokoh. Ya, kokoh. Jadi satu-satunya cara untuk membobol pintu itu dan mengambil apapun isinya tanpa menimbulkan keributan berarti adalah dengan membuka kuncinya—kecuali jika kau seorang pro dalam urusan membobol pintu.

Dari sudut matanya, Luhan mengawasi Kris yang masih memberikan pengawasan ketat pada si pria berjanggut, menodongkan Beretta FS92 miliknya dalam keadaan sigap.

Bunyi klik yang pelan menyusul kemudian, sesaat setelah salah satu dari puluhan anak kunci yang dikumpulkan dalam sebuah tali tambang kekuningan dimasukkan ke dalam lubang kunci yang mulai berkarat itu. Luhan menahan napasnya di tenggorokan, lalu menghelanya singkat saat dugaannya sepagian ini adalah benar. Yap. Ia memenangkan taruhannya dengan Minseok, kalau begitu.

“Tiga buah tabung gas halon hilang, Bung. Mind to explain?

Kali ini ganti Kris yang mengawasi Luhan saat sang rekan mulai mengambil alih pembicaraan lagi.

I did too much! Sekarang biarkan aku menemui atasanku, oke?!”

Luhan menghela napas. “Kris, tidak akan berhasil kalau harus aku yang bicara dengan wajah brengseknya. And, Sir, ups. Wrong password.” Ia menunjukkan wajah mengejek ke hadapan pria itu, setelahnya mengambil langkah mundur, dan tersenyum samar begitu sorot kekhawatiran menyelimuti pandangan mata si tersangka. Salahnya. Siapa suruh macam-macam saat Kris Wu ada di sana.

Untuk sejenak, Kris merasa bahwa Luhan-lah si ketua tim, dan bukan dirinya. Maka itu, ia mendengus pelan, menoleh singkat ke arah Luhan yang hanya mengangkat bahunya tak acuh.

Kris tidak mengumbar waktu lagi. Ia mengantungi beretta-nya, menangkap kerah kemeja si tersangka dengan satu gerakan, mengempaskannya ke dinding semen dengan sangat tidak santai—well, jangan berharap banyak dari seorang Kris Wu yang tengah tak sabaran. “Lu, mungkin kau ingin membantuku menakut-nakutinya dengan mainan pistolmu itu. Tempelkan ke pelipisnya. Toh kita sedang bermain detektif-detektifan saat ini, kan?”

Whatever,” Luhan mendengus, menodongkan senjatanya. “Setidaknya beretta milikku dilengkapi silencer. Jadi para murid di bawah tidak akan berlari ketakutan saat isi perutnya menyembul keluar.”

Tatapan mata mengintimidasi milik Kris kali ini kembali pada mangsanya lagi. Lelaki itu menghela napas pelan, membetulkan posisinya, tanpa benar-benar mengetahui bahwa dalam hatinya, pria di depannya saat ini benar-benar berharap peluru berkaliber 9mm itu secepatnya melesat keluar dari moncong pistol di pelipisnya, lalu ia bisa pergi ke awang-awang dengan tenang.

Listen to me once again, Mr. Carlos. Detektif yang terkena racun gas halonmu tadi pagi bernama Zhang Yixing, seorang homicide detective di Miami-Dade Crime Lab, di mana aku adalah ketuanya, dan bocah ini asistenku—“

“Kris, kutodongkan pistol ini ke mulutmu jika sekali lagi kau memanggilku bocah,” Luhan menyahut, namun Kris hanya memutar bola matanya.

“—yang perlu kaulakukan sekarang adalah, berikan sebuah nama pada kami, siapa yang meminta kunci-kunci itu darimu, membuka pintu ini, mengambil tiga tabung gas halon brengsek itu, dan mengalirkan gas-nya ke sistem pendingin ruangan di lab-ku,” ia menyelesaikan kalimatnya dalam satu tarikan napas. “Apakah kau keberatan memberikan nama itu, Mr. Carlos?”

Tersangka mereka diam. Maka, Kris hanya perlu mempererat cekalannya, sembari mendekatkan mulutnya ke telinga pria itu. “Dan satu lagi. Kami belum menemukan jejak Yixing sampai saat ini. Berikan kami nama, dan kau akan pulang dengan anggota tubuhmu yang masih lengkap.”

Okay, okay you win!” Kris menarik ke atas senyum timpangnya, memberikan kode pada Luhan untuk menurunkan senjatanya. Kini lelaki itu bersedekap, menunggu reaksi selanjutnya dari si tersangka. “Pria gendut ini tidak memberikan namanya secara lengkap. Ia hanya mengenalkan namanya sebagai Ned, bahasa inggrisnya berlogat payah, dan sepertinya ia keturunan Asia. Oh, dan mungkin ini tidak penting, tapi ia selalu membawa-bawa lolipop di kantung celananya.”

Dengan kalimat terakhir pria itu, Luhan menarik sebelah alisnya. “Lolipop katamu?”

“Ya, ia tidak hentinya mengisap permen itu saat mengunjungiku,” sepasang mata hijau cerah si tersangka menyipit saat menjawab pertanyaan Luhan. “Hanya itu hal-hal yang kuketahui. Dan sekarang boleh aku bebas?”

Luhan tidak menjawab.

Sesuatu dalam dirinya seolah melesak ingin keluar, memaksanya untuk segera berbalik dari tempat itu, dan berkendara seugal-ugalan mungkin menuju satu tempat yang seperti jin lampu ajaib, muncul tiba-tiba dalam pikirannya. Ia mengantungi senjatanya, mengacuhkan teriakan Kris saat kaki jenjangnya mulai berlari menjauhi tempat itu.

“Luhan! For God’s sake! Don’t be stupid, you kid!

Karena lelaki itu tahu kemana ia harus pergi sekarang ini.

Pria gendut dengan lolipop, dan ingatannya berjalan kembali ke belasan tahun yang lalu, suatu kejadian yang tak terduga. Di saat kali pertama sahabatnya, Zhang Yixing, bermain-main dengan senjata.

Lelaki itu duduk di sofa panjang, menautkan kesepuluh jarinya, dan mencoba mengatur napasnya yang semula tidak keruan. Sedikit-sedikit gangguan pernapasan masih menyerangnya, membuat lelaki itu harus siap sedia dengan sebotol air mineral yang baru saja diambilnya dari lemari penyimpanan. Area ini memang apartemen yang ia tinggali sejak kakinya menapak di Miami, namun keberadaan orang di hadapannya inilah yang membuat segalanya terasa tidak benar.

“Kau seharusnya mati,” lelaki itu mulai bersuara, setelah hampir dua puluh menit ruangan itu hening seolah tanpa kehidupan. “Aku menembakmu dua kali. Dan walaupun sepanjang hidupku di Korea Selatan selalu dinaungi mimpi buruk karena telah meloloskan dua butir peluru pada seseorang, setidaknya aku bisa melewati masa sekolahku tanpa bulan-bulanan omong kosongmu itu.”

Dan si pendatang di hadapannya sekonyong-konyong tertawa menggelegar mendengar pengakuan yang telah terpendam belasan tahun. Ia mengeluarkan permen lolipop itu dari mulutnya, melemparnya sembarangan ke samping ruangan, dan akhirnya berakhir sekian senti dari mulut keranjang sampah yang merapat ke dinding.

“Kau terlalu diburamkan oleh dendam dan masih naïf saat itu, Zhang Yixing,” si pendatang berkata dengan gelambir di sekitar lehernya yang ikut bergetar. “Pelurumu tidak mengenai jantungku, meleset beberapa inci, dan hal itu yang membuatku seolah kehabisan napas. Dokter menyelamatkanku saat aku sampai di rumah sakit, dan akhirnya orangtuaku memutuskan untuk pindah dari Seoul.”

Zhang Yixing seolah menarik diri saat pria gendut di hadapannya mencondongkan tubuh. Bayangan dari masa lalu di saat wajah bundar seorang anak laki-laki yang berkuasa di kelas menampilkan ekspresi mengejek, mengatainya dengan serentetan kalimat, dan mengompori teman-teman sekelasnya untuk ikut serta, membayang lagi. Bermain di kepalanya seperti rol film.

Ia mengabaikan fakta bahwa masih ada meja rendah di antara mereka.

“Kau seharusnya berterima kasih padaku karena tidak membesar-besarkan masalah ini, Mr. Zhang. Ibuku terlalu paranoid waktu itu, menolak mentah-mentah usulan ayahku yang tadinya akan membawa kasus ini ke pengadilan,” tubuh besarnya kini bangkit dengan susah payah, berjalan lambat-lambat mendekati Yixing yang masih bersikap defensif.

“Gas halon itu…” Yixing menggantungkan kalimatnya. Ia menunduk saat bayangan tubuh si pria menghalangi bias cahaya matahari dari jendela rendah di sisi kanan ruangan. “…apakah itu ulahmu?”

Yixing bersumpah bahwa ia menghela napas lega saat cahaya matahari tropis Miami yang menyengat kembali mengenainya. Suara debum halus permukaan sofa yang kembali melesak saat beban di atasnya bertambah mengisi indera pendengarannya, dan Yixing amat lega untuk hal itu. Jantungnya berdegup kencang. Bukan karena takut atau apa. Ia hanya khawatir akan kehilangan kendali kali ini.

Well, aku sungguh tidak bisa membodohimu, eh, detektif? Gas halon. Kau cukup pintar untuk segera melarikan diri keluar ruangan tak lama saat sistem pendingin itu tidak lagi bekerja dengan freon,” pria itu mengangkat satu kakinya ke atas kaki lainnya—dengan susah payah, tentu saja.

Yixing menyipitkan matanya. “Jika ada lebih dari 5% konsentrasi gas di ruangan sekecil itu, kau bisa membunuh orang lain selain diriku. Gas brengsekmu itu mengikat oksigen, membuat mereka seolah tercekik dalam udaranya sendiri,” entah darimana lelaki itu mendapatkan kekuatannya kali ini. “Jika kau ingin membunuhku, tulis surat, dan masukkan dalam kotak surat di depan sana. Tidak perlu melibatkan yang lain.”

Lesakan pada sofa di hadapannya menghilang lagi. Bobot tubuh itu kini berjalan, kali ini tidak selambat saat pertama kali ia membuat Yixing meringkuk di tempatnya. Dan kali ini pula, Yixing turut mengangkat tubuhnya. Persetan dengan bayangan masa lalu. Ingatan belasan tahun silam itu seharusnya mampu ia hilangkan dengan mudah.

“Kalau begitu, bukankah sekarang waktu yang tepat, eh? Hanya ada kau dan aku. Jika kau punya dendam yang terpendam untukku, kau bisa mengeluarkannya sekarang, karena aku juga memiliki hal yang sama.”

Yixing tidak terlalu waspada saat kedua tangan besar pria itu hampir membuat sisi pipinya lebam. Lelaki itu hanya bisa menghindar, menjatuhkan dirinya ke atas sofa, berkelit, dan meniti langkah mundur. Ia masih terengah karena terlalu terkejut sesaat tadi dan kini matanya telah berhadap-hadapan dengan seorang pria yang tingginya melebihi tinggi dirinya sendiri.

Hands up, Ned. Get away from him.

Dan hal yang bisa dilakukan Yixing saat suara familiar itu mengisi indera pendengarannya, hanyalah menoleh ke arah sumbernya, serta mendesah pelan. “Luhan…”

Well, hello, Mr. Lu. Anak pendiam di kelas yang selalu mengambil tempat duduk di sudut depan, eh?

Sementara Luhan memegang erat-erat senjatanya, Yixing masih berdiri di sana dan merapat ke dinding. Sepasang mata Luhan mengawasi lamat-lamat saat pria itu—baiklah, kali ini namanya Ned—berbalik, membiarkan Yixing mengatur napas, dan mengembalikan bobot tubuhnya ke sofa yang semula ia duduki.

“Ned?—oh, rupanya kau sudah bertemu pria Carlos itu, ya? Sungguh. Aku tidak habis pikir, darimana kalian berdua memiliki otak secanggih itu. Sejauh yang kuingat, kalian hanyalah murid pindahan yang gemar menjadi bulan-bulanan semua murid,” pria itu terkekeh akan leluconnya sendiri, namun tidak menghasilkan respon apapun dari dua penghuni lain di ruangan itu. “Hanya saja kau tidak seberuntung Luhan. Kau terlalu empuk untuk kujadikan sasaran, Zhang Yixing”

Dan detik ini rasanya ingin sekali Yixing menghantamkan vas bunga di meja makan ke dahi pria itu, atau meracuninya dengan racun tikus, oh membunuhnya dengan membiarkan ia tenggelam di bath-tub juga bukan ide yang buruk.

“Tunggu, Luhan, kau berkendara dari kampus Wolfson milik Miami-Dade College hingga ke sini dengan waktu sesingkat ini?”

Luhan mendengus. “Jika itu untuk membuatmu mati kekeringan darah, ya. Aku melanggar aturan lampu merah tiga kali, hampir menabrak penjual buah untuk akhirnya menyusuri Southwest 3rd Avenue sambil memikirkan cara paling jenius untuk membuatmu menembak otakmu sendiri.”

Ned memperlihatkan senyum timpangnya.

Tanpa ada respon untuk kalimat Luhan, pria itu menjangkau tasnya yang semula teronggok terlupakan, sementara Yixing akhirnya mendapatkan keberaniannya kembali, berjalan lambat-lambat menuju tempat di mana Luhan berdiri. Ia masih belum mengutarakan kalimat apapun yang berarti hingga saat ini.

“Nah, karena kita tengah berada di sebuah acara reuni, mungkin sampanye bisa menemani,” tangan berlemak Ned mengeluarkan dua buah botol sampanye dari dalam tas, menaruhnya ke atas meja kaca yang sontak mengembun di sekitar dua benda tadi diletakkan. “Dan aku juga membawa serta marijuana cigarette dengan tanaman ganja yang langsung didatangkan dari Colombia. Kurang baik apa aku sebagai teman lama kalian, huh?”

Luhan mengernyitkan dahinya, namun, menyadari bahwa Yixing seolah tidak memberi reaksi apa-apa, di luar dugaan, lelaki itu lantas mengantungi senjatanya, menepuk punggung sahabatnya. “Why not? Lagipula aku mulai merasa penat dengan belasan kasus akhir-akhir ini,” ia berjalan lambat-lambat, menjatuhkan dirinya di atas sofa yang semula diduduki Yixing. “Kau pasti punya lebih dari sekadar sampanye, kan, Dude?

Zhang Yixing tersenyum timpang sesaat kemudian, ketika Luhan bertanya sembari menoleh lewat bahunya. Lelaki itu mengangguk singkat, sebelum akhirnya berbalik, dan lekas meninggalkan ruangan itu untuk menuju dapur. Kaki-kaki itu membawanya ke hadapan lemari penyimpanan, mengambil sebotol besar minuman, dan beberapa gelas tinggi tak lupa dengan nampan. Bersenang-senang dengan teman lama dan sesaat melupakan dendam masa lalu tidak salah, kan?

Yixing kembali ke ruang tengah dengan nampan berisi sebotol red wine, serta tiga buah gelas tinggi yang masih kosong, saat ruangan itu mulai dipenuhi oleh asap yang membubung ke udara. Dari tempatnya, Ned merebahkan dirinya ke sandaran sofa, jelas-jelas akan teler tidak lama lagi, sementara di hadapannya, Luhan menjepit marijuana itu di antara jarinya dalam diam. Yixing terlalu mengenalnya. Luhan tengah berpikir.

Ketika lelaki itu meletakkan nampannya di atas meja kaca, Luhan menegakkan tubuh. “Didinginkan dengan sempurna. Bukan begitu, Yixing?” suaranya amat tenang, menendang kenyataan bahwa kini ada seorang pria dari masa lalu yang membuat sahabatnya hidup bagai neraka di masa sekolahnya dulu.

Ned hanya mengangguk pelan dengan senyumannya yang dungu. Jiwanya terlalu sibuk berkeliaran kemana-mana saat Luhan mulai menuangkan minuman berwarna merah kental itu ke salah satu gelas tinggi, dan terang-terangan menyodorkan minuman itu padanya.

“Atau kau ingin meminumnya langsung dari botol, Ned?” kali ini Yixing-lah yang bersuara. “Aku masih memiliki banyak persediaan di belakang. Dan karena ini acara reuni, maka botol ini kuhadiahkan padamu.” Ia tersenyum, memamerkan lesungan yang dalam di kedua pipinya.

Dan tentu saja pria raksasa itu tidak akan menolak durian runtuh yang dijatuhkan padanya.

Yixing masih tersenyum, sementara Luhan masih duduk diam di tempatnya tanpa melakukan apapun, ketika satu tangan Ned yang terlihat sulit diangkat meraih botol red wine itu, oh dan jangan lupakan senyuman dungunya.

Hanya sepasang mata Luhan yang merekam seluruhnya, karena Yixing menundukkan kepalanya sedetik kemudian. Sesuatu dalam dirinya membuat sorot kedua matanya menjadi sedikit lebih gelap. Jangankan tersenyum samar, Yixing bahkan rela bertaruh bahwa Luhan tengah menahan napasnya saat ini.

“Hei, Dude, kalian tidak minum?” Ned bertanya dengan suaranya yang hampir serak. Entah sudah berapa hisapan yang ia nikmati dari rokok marijuana itu. Yang pasti, lentingan di tangannya kini semakin memendek, hingga terlihat akan membakar jari-jari gemuk pemakainya.

“Seorang tamu harus didahulukan, bukan?”

Setidaknya Yixing bisa merasa lega karena kali ini sahabatnya mulai bersuara lagi. Ia mengamati dari sudut matanya bagaimana senyum timpang lelaki itu mewarnai wajahnya kemudian. Tidak ada kesan cute yang ditampakkan dari senyumnya, walaupun sebagian penghuni lab tempat mereka bekerja mengatakan bahwa senyuman Luhan menenangkan. Ha. Persetan.

Ned mendekatkan ujung botol itu ke mulutnya, melupakan lentingan rokoknya yang kian memendek. Tangan kanannya memegangi badan botol, memiringkannya sekian derajat, dan dari pergerakan di sekitar lehernya, masing-masing Luhan dan Yixing mengetahui dengan mudah bahwa minuman itu telah mengaliri kerongkongannya.

Dan seolah diputar dalam pemutar video yang dilambatkan, baik Luhan maupun Yixing sontak bangkit dan melesat ke arah tubuh raksasa itu, mengabaikan kejadian di hadapan mereka yang menyajikan pemandangan tubuh sang teman lama yang mengalami kejang hebat, berdeguk-deguk dalam setiap tarikan napas yang diambilnya. Yixing lantas menahan si botol red wine agar tak bergerak, dan Luhan mencegah tubuh Ned memberontak dengan mengunci pergerakan tangan dan kakinya.

“Nitrogen cair, huh?” Luhan bertanya sembari terengah di tempatnya. Memegangi tubuh raksasa Ned yang tengah memberontak memperjuangkan hidupnya bukanlah hal yang mudah bagi lelaki kurus macam dirinya. Dahinya sempat terantuk ujung sofa tadi, saat tangan kiri Ned hampir membuat lebam wajah Luhan.

Yixing, di posisinya, membuang muka mengarahkan pandangannya kemanapun asal tidak ke arah sosok Ned yang semakin menggila, sembari mengerahkan seluruh tenaganya. “Yeah. What do you expect? Arsenic?

No. This is perfect.

Sepasang mata pria gemuk itu membelalak. Antara meminum campuran wine dengan nitrogen cair dan membiarkan campuran kedua cairan itu mengaliri kerongkongannya, serta kehabisan napas. Tidak ada hal paling masuk akal yang mampu menjelaskan keadaannya saat ini, tidak ada pula hal lain yang mampu ia lakukan selain memberontak.

Yixing melingkarkan tangannya di sekitar leher bergelambir itu, memaksanya minum, dan secara terselubung mencekiknya. Namun di sisi lain, ia tidak segila Luhan, yang tetap menatap kedua mata Ned, seolah mengabaikan fakta bahwa ia tengah membunuh seseorang. The cruelest murder is when they persecute their victims; they look right into their eyes.

Seiring dengan pergerakan Ned yang mulai melemas, Yixing melonggarkan kunciannya. Lelaki itu bahkan menahan napas saat Luhan masih tetap memandang lurus pada dua mata Ned yang kini tertutup. “He’s dead, Lu. Get up.

Luhan membiarkan Yixing menariknya bangkit, menepuk-nepuk punggungnya, seiring kedua sahabat itu berjalan lunglai ke arah sofa panjang lainnya di ruangan. Lelaki berambut keemasan itu menunduk kali ini, masih belum mengucapkan sepatah kata pun.

“Sebelum kau datang ke sekolah itu, mereka lebih dulu melakukannya padaku,” Yixing menghentikan aktivitasnya menenangkan Luhan. “Kau tak pernah bertanya padaku mengapa saat itu aku bertanya bahwa ayahmu seorang polisi?”

Dahi Yixing mengerut. “Never thought about that,” jawabnya. “Whatever he had done to us, it’s over, right? His sorry ass is gone now.

Tidak ada hal lain yang dilakukan Luhan selain tersenyum timpang sembari menghela napas. Tangan kanannya terangkat, mengusap wajahnya dari dahi hingga ke dagu, membalas tepukan Yixing di bahunya. “Mari bersihkan segalanya, lalu pergi. Kris akan membuatku tidur tanpa kepala jika aku tak segera meneleponnya,” tandas Luhan, lebih dulu bangkit dari sofa, dan berjalan ke belakang hanya untuk berbalik sedetik kemudian.

Demi Tuhan, berapa nyawa yang dimiliki Ned? Geraman tertahan keluar dari mulutnya yang dipenuhi bercak merah, sisa dari red wine yang mengalir keluar dari botol. Uh-oh. Sebentar lagi godzila ini akan mengamuk, mungkin.

Yixing yang masih linglung, kehilangan kendali atas tubuhnya, hanya meringkuk di sofa tanpa melakukan sesuatu yang berarti, sementara Luhan, di sisi lain, harus kehabisan peluru di saat genting macam begini. Maka, kedua lelaki itu hanya bisa diam di tempat, berharap Tuhan segera mencabut nyawa Ned sekarang juga.

Dan seolah mendengar doa mereka, dua kali suara tembakan yang kentara telah diredam oleh silencer menguar di udara sesaat kemudian. Hal terakhir yang terjadi adalah, tubuh Ned yang kemudian ambruk.

If you want to kill someone, shot them. And you, Luhan, we need to talk. Kau membuatku harus mencapai tempat ini menggunakan taksi.”

Sepasang mata Yixing melebar.

What the hell, Kris!”

Sosok jangkung lelaki itu nuncul dari balik bayangan pintu yang terbuka, dan Luhan dapat melihat bekas pembobolan halus di sana. Entah Kris menggunakan jepit rambut hitam, atau pisau lipat untuk membuka pintu yang terkunci itu. Satu masalahnya sekarang adalah, sang ketua tim telah menangkap basah dua anggota timnya membunuh seseorang.

Bagus. Tidak adakah kejadian yang lebih mengharukan daripada ini?

“Kami akan mengepak barang besok pagi. Oh, dan Kris, jangan lupa pilihkan baju tahanan paling keren untukku dan Luhan,” Yixing berkata ringan, sembari berjalan melewati sahabatnya yang masih diam menyender di dinding. “Lu, want some drinks?

Luhan mengangguk, menjawab pertanyaan Yixing, sebelum akhirnya beralih pada Kris. “Aku membuat mobilmu baret di beberapa bagian. Kutransfer biaya perbaikannya ke rekeningmu malam ini, sementara aku harus memilih setelan pantas untuk sidang kasus pembunuhan ini beberapa hari lagi.”

Kris menatap kedua rekannya dengan pandangan datar. Ia berjalan menuju Luhan—karena Yixing sedang tidak ada di ruangan itu—menangkap ujung kemejanya, lalu mendorongnya dengan agak kasar. “Siapa bilang kau akan mendekam di penjara, hah, Bocah?”

“Kris, aku masih bisa mengisi senjataku dengan peluru, dan jangan memaksaku untuk membuatnya bersarang di kepalamu, oke? Kita sudah membahas tentang panggilan yang kautujukan padaku itu.”

Whatever,” respon lelaki yang lebih tinggi, ia mengangkat wajah begitu Yixing kembali dari dapur, membawakan tiga botol air mineral di kedua tangannya. “Aku sudah merencanakan segalanya, oke? Yang perlu kalian lakukan hanyalah membersihkan tempat ini sekarang, pastikan tidak ada sidik jari yang tersisa, dan terakhir, serahkan padaku dan Minseok. Juga pada Jongdae yang nanti memeriksa keadaan mayat, dan pada Zitao akan keahliannya memutar-balikkan fakta di pengadilan nanti. Mengerti?”

Luhan masih menatap Kris tanpa suara—ia sudah lepas dari cekalan lelaki itu, omong-omong, lalu berjalan menuju sofa yang tadi sempat didudukinya. Kali ini ganti Yixing yang mendekati sosok Kris. Lelaki Changsha itu memberikan satu dari tiga botol air mineralnya, mengawasi saat Kris membuka segelnya.

Thanks Pal.

Kris mendengus pelan. “Nevermind. Toh aku akan melakukan hal yang sama jika pria itu berani-berani menyiksaku selama di sekolah,” jawabnya. “Hey, Lu, come here. Kau tak ingin bersulang, hm?”

Luhan menolehkan kepalanya dari sofa, menatap melewati bahunya. “Dengan air mineral?” Dan Yixing serta Kris masing-masing menganggukkan kepala mereka, ditambah dengan Yixing yang langsung melempar satu dari dua botolnya pada Luhan.

What do you expect? Liquid nitrogen?

Dan untuk rentang waktu setengah jam kemudian, ruangan itu dipenuhi dengan deraian tawa ketiga lelaki itu, mengabaikan fakta bahwa saat ini teronggok sebuah mayat yang siap membusuk kurang dari tiga jam di ruangan yang sama.

Well, it’s kinda sick, for sure. But if you don’t want to end up just like Mr. Ned right there, make sure you have pretty good attitude from now on.

* * *

p.s: well hello.. ini sequel yang aku janjikan, haha. hasil dari begadang kemarin sampe jam 3, dan saat hantu-hantu keluar dari persembunyian, aku lagi susah payah bikin luhan & yixing membunuh seseorang /abaikan/

if some of you expect some gore scenes, aaakkk sorry, but I’m not really into gore. aku udah coba buat adegan berdarah-darah gitu, yang kepala menggelinding lah, kepeleset darah sendiri lah, tapi jatuhnya norak -_- dan udah cukup aku bikin hancur image inosen luhan & yixing gegara mereka bunuh orang pake campuran wine sama nitrogen cair >.< well sorry if it’s far below your expectation xD

okee.. see you soon ^^/

28 thoughts on “In Too Deep

  1. /gapes at my laptop screen/
    sumpah. awalnya aku nggak sadar ini sekuelnya, mikirnya, ‘oh, another AU.’ gitu. baru ngerti pas mulai dibahas soal si pria-lolipop. ehe-he-he-he.
    lalu… um, bukan anak kimia dan terlalu malas googling soal gas halon /digampar/ but i can see that it’s deadly. dan nitrogen cair~ semacam menarik jiwa psikopat di kepalaku naik ke permukaan, lalu mencari mangsa. such a way to kill people. /eh
    si pria-gendut-ned itu mungkin kembaran kucing, di(coba)bunuh beberapa kali nggak bisa-_- i’m glad he’s finally dead though (who isn’t, anyway?).
    and-and-and i can’t say anything about how you jot the story down. just… well done. well-done. i’d give you standing applause if i can (i can, but you won’t be able to see it so what’s the point of doing so? hehe.).

    Like

  2. oh.. ya Tuhan fika.
    aku mau nangis dong,

    this is so fucking beautiful akslsadjhsfdjahjsjah please forgive my profanity galore, btw HAHAHA
    oke, aku mau komen panjang lebar banget di sini jadi maafin aku kalo sekali lagi nyampah dan nggak penting

    1. stop saying sorry because it’s far below expectation. no, seriously dear no. this is just so far beyond expectation. if i am allowed to quote from harry potter, it’s just exceed expectation. it’s freaking genius i could burst into tears right now. and i am no kid, anyway. and if i am allowed to quote from kris or whoever sing that part, this fic.. is just.. mindblowingly awesome!!

    2. apa yang lebih membahagiakan dari fic friendship yixing-luhan adalah fic friendship yixing-luhan PLUS kris. aaakkkkk, aku gajadi benci sama kris deh kalo dia superb kewl kaya di sini. uuuuu, untuk pertama kalinya aku jadi ngerasa sedikit bersalah sama Mr. Wu tercinta karena udah nulis yang enggak enggak tentang dia. *malah curhat*

    3. I FUCKING LOVE HOW YOU BUILD EACH AND EVERY CHARACTERS HERE, FIKAAAA. yixing, perfect. luhan, perfect. kris, perfect. gaaahhh, masa iya nggak ada cacatnya sama sekalii? sumpah nggak adil. tapi serius aku suka banget ini bagus bangeet. dan hubungan di antara merekaaaa.. ya tuhan kerja sama antara luhan+kris, plus dark humor yang kamu selipin. terus kerja sama antara yixing+luhan yg waktu berhubungan sama the dying ned itu. aaakkkkk… dan dan itu yixing+luhan VS kris dan betapa awesome and bijak sekali mr duizhang kita yang tercintaaa. aduh, I cant expect more, really. I just love this too much. oh and once again Im so sorry with my profanity galore. haha it slips everywhere.

    4. rasa-rasanya aku pengen nge-quote semua kalimat di fic ini. lucu lucu semua kalimatnya, I really love your sense of humor anyway. semacam satire, sarcasm, dark humor in one way? I absolutely falling in love with you and your writing fikaaaa.

    5. dan aku sama sekali nggak nyangka ini lanjutannya blurred mind. udah kaya cerita baru. dan kalo boleh jujur improvement kamu di sini kentara bangeeeeettttt. ini nggak kaya fic jam tiga pagi, oh god. itu si ned punya sembilan nyawa banget. dan kris walaupun dia dingin.. but he’s care so so much to his friends well being. I love it fika. LOVE IT.

    6. ternyata nggak mati ya HAHAHAHAHA. aku nggak jadi nyalahin luhan. aduh sini luhan peluk tante dulu. xD

    7. dan seperti yang sudah kita berdua ketahui bersama, kita ngepost fic golden trio ini di waktu yg deketan dan LIAT GIMANA KITA NGEBANGUN KARAKTER XING FAN LU, BEDA BANGEEETTT. aku mau nangis, aku mau hapus aja ff ku, ffmu terlalu mengintimadasiku fikaa *numpang curhat*

    8. sedikit di sini — “Si pria dengan janggut yang menjuntai berantakan….” janggut atau jenggot hayoo? xD mmm, janggut itu bahasa jawanya dagu bukan sik? atau emang aku yg salah? CMIIW. xD

    9. btw, fyi aja sik. aku baca ulang ff ini (total jadi baca tiga kali) pas nulis komen hahaha. jadi, yah pengertiannya untuk memaklumi komen sialan ini. xD

    10. eh kamu teknik kimia ya fika? jadi keaslian gas gas itu entah apa namanya, gausah diraguin lagi lah ya. xD aku suka fiksi yang care setiap detail. itu kenapa aku suka baca tulisanmu (lepas dari diksimu juga sih yg favoritku bgt). anyway, part luhan-yixing yg nahan tubuh ned dan mereka masih sempet ngobrol dan luhan dengan sangat berani natap kedua mata ned sebelum dia tewas. ITU JUARA. terus part yg kris dateng, dan luhan yixing sama sama pasrah nasib mereka eh ternyata si kris ga lagi pms/ngajakin bitchfight dengan ngebebasin mereka berdua itu juara nomer duaaa.. quote terakhirnyaa.. bener bener perfect ending!!

    11. percaya atau enggak, aku bisa bayangin suaranya luhan yixing kris ngobrolin percakapan di ff kamu ini.

    12. finally last! aku yakin kamu udah bosen bgt baca komenku HAHAHA. aku aja nulis surat ke pacarku ga pernah sepanjang ini *malah curhat* intinya adalah AKU PENGEN KAMU LEBIH SERING NULIS GOLDEN TRIO INI YAYAYAYA? MAU YAYAYAYA? AKU SUKA BANGET SUKA BANGET APALAGI KALO UDAH DIEKSEKUSI KAMUUUUU. *kedipin fika minta diculek*

    udah ah, makasih ya fika atas space nya buat aku bikin mini ficlet. :’) dan makasih atas tulisannya yang outstanding. me, your number one fans, love you. semoga kamu cepet publish ff baru biar aku bisa bikin mini ficlet lagi HAHAHAHA.

    ps: jangan lupa cream anti aging-nya. jangan mau kalah imut dari Luhan. apalagi kalah komplit skin care kit-nya sama Kris. HAHAHAHA *nangis*

    Like

  3. Berasa lagi nonton CSI Miami deh, kereeeeeeen bangetttttt *thumbs up*
    Sayang disini gak ada Horatio :( *dirudal*

    FFnya keren, baca ff sekalian nambah pengetahuan juga tentang bahan-bahan kimia kaya begitu :D
    Daebak!

    *loncat ke sekuel berikutnya* muehehehe

    Like

    1. IYA BANGET! yaampun gara-gara nonton episode yang fallen itu, jadi kebikin ini storyline hahaha. bayangin aja tiga orang ini jadi anak buahnya horatio aaakkk T^T horatio too cool be a leader hahaha. xD

      Like

      1. Iya, fallen emang keren bangettt, tapi Horatio lebih kereeen lagiii >3< *plak

        Bikin lagi kaya gini yg banyak yaa, kalo perlu om H dimunculin, jadi cameo gituu, muehehe

        Like

  4. YA TUHAN KAKAK AKU NANGIS HARU BACA FANFIC INI MASA!!
    Aku terharu sama luhan dan yixing yg tega di sini…memang harus tega sama babi rebus!!
    Btw tentang nangis haru aku gak bohong loh /terus?/
    pertama2 aku mau komen tentang adegan krishan sama mr carlos…sumpah demi bebek chen aku jatuh cinta sama keganasan kris…aaakk tolong kayaknya aku overdosis sama kekerenan kris di sini #plakk
    agak gak ngerti kenapa mr carlos gak kasi tau siapa yg ambil gas dia,kirain masih ada hubungan dekat apa gitu…tp ternyata dia jg gak tau babi rebus -___-
    dan soal bocah…lu, mukamu emang bocah mau dibilang apa lg?? Masa mau bandingin sama muka kris macem pembunuh berantai gitu? #plakk
    babi rebus,cara km ngebunuh gak elit banget tau gak,buktinya yixing belum mampus XD
    aku gak tau dia ini punya nyawa berapa,mungkin cuma mempan kalo kris aja yg bunuh, XD
    dan yeah,dari sekian banyak adegan aku paling suka pas yixing n luhan ngebunuh si babi rebus…waktu luhan tiba2 masuk nodongin pistol,waktu dia pesta ganja,waktu yixing ngasi wine campur nitrogen cair,waktu luxing nunggu reaksi nitrogennya,waktu lu pegangin babi rebus,waktu lu terus2an natap matanya babi rebus,dan terakhir waktu kris bobol pintu dan nembak babi rebus 2 kali…dan aku terharu,bener2 terharu sampe nangis masa…
    Yah kris km baik sekali sayang…udah jelas2 nangkep 2 anak buahnya ngebunuh,eh malah dia ikut2an…lg bunuh orang muka tetep cool pula! Aku suka gaya mereka yg kelewat nyante padahal habis bunuh orang,,dan lagi waktu yixing minta baju tahanan yg keren sama luhan yg sempet2nya nyinggung tentang ganti rugi mobil kris sekalian cari2 baju buat pengadilan,
    ah…anak2 yg lain dapet tugas masing2 jg…btw aku suka tugas tao…pintar memutar-balikkan fakta?? Itu keahlian terselubungnya?? Haha good luck tao…nasib luxing ada di tanganmu :*
    buat babi rebus semoga arwahmu tenang ya nak…km sudah terlalu banyak buat dosa… /luxing tersinggung/
    maaf aku manggilnya babi rebus,tapi aku udah keburu jatuh cinta sama panggilan yixing buat dia #EA
    kak ini fanficnya….gaaaaah….keren!!! Buat macem begini lagi dong kak,gak perlu kepala menggelinding atau isi perut berserakan,yg begini aja udah bagus kok…keren aja gitu kalo pake bahan kimia2an begini daripada yg sadis2 banget Y.Y
    Eh komenku gak kepanjangan kan?? Udah ah pamit dulu, XD

    Like

  5. lagi2 pikiran sama. Di ff ini luhan sadis kan? Di ffq yg cold cold heart jg gt (tp nc). Dy msh bs dg santai makan sarapan pdhl di dpnnya ad mayat yg ud mati dr smlm. Hehe dibalik muka2 anak kucing minta dikasihani, terdapat jiwa bringas harimau kelaparan. Keren lho. :) kris, plis deh, ngeluh naik taxi? Trus kl adanya becak gmn? Wkwk bs disimpulkan, KRAYHAN adl dirty detectives? KEREN LHOOO. hehe luhan ngamukin kris itu epic bgt! Oh ya, bnr kan dugaanq di ff blurred mind ttg luhan yg tetep di sisi lay? Demi apapun, q cm brharap layhan g akn pernah musuhan. Mrk itu soulmate. #gaje komennya. b^_^d two thumbs up.

    Like

  6. Ya Tuhan.. Ini keren banget, karena bacanya sambil ngacak jadinya sedikit ngak ngeh kalau ini berlanjut.
    Jarang baca ff yang bisa bikin deg degan sekaligus gemeteran hahahaha
    Dan plis banget itu Yizing-Kris-Luhan nya ga nahaaaaaan :” Golden Trio! Aku resmi jadi penggemar mereka hahahhahaa

    Like

  7. Kak Fika demi apa ini keren banget! Crime-nya ngena banget asli, dan ini jenius, iya ini jenius! Aku suka semua semua karakter di sini terutama karakternya Wufan asdfghkklqfjidsnfai Sukaaaaak <3
    Aku bisa bayangin dengan jelas setiap detail ceritanya. Dan aku rada jijik bayangin orang kaya Ned anyway XDD

    Syudahlah, pokoknya ini keren~~ Bikin crime lagi ya, kak. Huehehehe :D

    Like

  8. Aku baca ini siang tadi di kantor, dan baca yg Blurred Mind itu sebenarnya udah agak lamaan. Dan baru sadar kalo ini nyambung xD

    Aku mau bilang……… errrrrrrr ini apaaaaaa kenapa bisa seketje ini astaga. Kamu kok bisa sih nulis kayak gini *pertanyaan macam apa ini -_-

    Aku gk tau mau komen apa. Cerita ini seolah-atau memang kamu tahu pasti apa yang kamu tuliskan ini. Aku bahkan seolah gak menemukan celah di sini.

    Karakter mereka kuat. Aku bisa tahu gimana Kris gimana Lu gimana Yixing. Demi Tuhan, kenapa kepribadian mereka bisa sekhas itu masing masingnya? Argh, aku mau gila rasanya. Gila karena dua hal. Pertama, FF ini bener2 memikat aku-beserta para castnya tentu aja. Dan kedua, cara kamu menuliskannya…. kamu… ah aku udah pernah bilang ini sebelumnya, tapi biar aja aku bilang lagi. Kamu punya ciri khas. Iya. Ciri khas. HAHAHAHAHA.

    Goodjob fikeey, salam kenal! :D

    Like

      1. Kakak -_-
        Jangan panggil Kakak haha aku masih muda xD
        Sip, gk bakal kapok apalagi kalo ada seri selanjutnya dari Trio Golden. Beneran ditunggu :D

        Ohiya, gara2 baca ff2 kamu aku jadi pengen nonton film action nih. Rekomendasiin dong *nahloh hahahaha

        Like

      2. Ehehehehe panggil apa doong? xD

        Film action yaa. Sejauh ini film action yang bikin aku ga bosen nontonnya: the Expendables, the Expendables 2, escape plan, die hard, apalagi ya apalagi yaa xD
        Ini seriusan kalo bisa ketemu aku pengen nyodorin harddisk aku, terus aku rekomenin satu-satu filmnya deh hehehehe. Tapi 4 film diatas itu sukses bikin aku nonton berkali-kali :D
        Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss…!

        Like

      3. Panggil YoonA juga boleh mwahahahaha
        Aaaakkkk siap berburuuuuu xD
        Ah iya kalo ketemu tanpa disodorin juga aku bakalan nyerobot sendiri hahahaha
        Siaaapppp makasih!

        Like

  9. in too deep? kaya udah kepalang basah gitu kan ya? paaaaaaaaaaas banget fik. pokoknya di dunia ini karakter luhan lay kris chen tao minseok dalam fic yang paling aku suka ya di ceritamu ini. kau benar benar membuat jagoanku jadi namja manly idaman yang luar biasa. makasih….
    nah nah agak kesulitan juga buatku memahami makna tulisan tingkat dewamu ini karena salahku yang ngga fokus pas baca ini. curi curi pandang gitu sama temen sebelah yang lagi nonton ulang secret garden LoL ditambah bolak balik kamar mandi pengen pipis #iniapa
    btw aku agak bingung pas scene kris datang dengan gagahnya didahului tembakan menolong sahabatnya…
    bingungnya, karena kris datang aura kerennya luhan ma lay jadi berkurang terserap oleh kris XD
    eh ini kenapa komenanku kek kereta gini? padahal tadi bertekad bakal komen pendek lhoooo

    fikeey fighting! :D

    Like

    1. Hahahah iya kurang lebih kaya gitu. Mumpung si ned ini yang pertama nyari ribut ya mereka ladenin, secara kan masing masing luhan sama yixing punya dendam kesumat sendiri sendiri jadi yah, sudahlah haha.
      Sama sama ulvii. Gapapa koook hehe. Makasi juga yaaa udah baca sama komeeen :)

      Like

  10. He? Kaget awalnya kalau babi rebus masih hidup setelah ditembak yixing-_-v luhan,lay,kris cocok di satuin wkwk jadi trio deh wkwk keren thor><

    Like

  11. Sumpah ini keren T.T
    dan kenapa krisnya mempesona bgt disini?/ok salah fokus/ tapi beneran deh dari scene yang bareng mr.carlos sama yang terakhir itu, sukses bikin aku makin jatuh cinta sama kris T.T
    dan soal panggilan bocah itu, kenapa ga terima aja sih, lu? emang muka kamu kayak bocah kok/ditembak luhan/
    dan thanks yixing tentang nitrogen cair itu, bisa kali ya kalo lagi sebel sama orang aku masukin dikit keminumannya haha XD atau pake racun tikus aja kayak yang dilakuin sehun/korban peekaboo!/

    Like

    1. waduh hahaha. iya dah bisa berguru sama yixing kalo misalkan pengen bales dendam apa ga lagi sebel sama orang wakaka xD
      anw makasi yaa uda baca hihihi :D

      Like

  12. Kris nyeremin kalo lagi marah kaya singa ngamuk.Sabar ya Lu,di katain bocah melulu sama kris mentang mentang dia tinggi,.
    Gak nyangka luhan sama yixing ngenunuh orang?seriusan??muka mereka kan innocent banget,diam diam tapi menghanyutkan.

    Like

  13. “Well, it’s kinda sick, for sure. But if you don’t want to end up just like Mr. Ned right there, make sure you have pretty good attitude from now on.”

    Edan kali mbak. Woah.

    Like

Leave a comment