Of Phone Call and a Best Friend Hug

luhaaaaan ne-mu on tumblr

“No friendship is an accident.”—O. Henry, Heart of the West

Day off selama tiga hari! Bahkan aku sampai tak mempercayai pendengaranku sendiri!” Jongdae masih berteriak nyaring ketika akhirnya Kris membuka kunci pintu dorm mereka, menunggu di samping pintu sementara membiarkan kelima bocah dengan masing-masing tas punggung itu berjalan masuk.

Suasana di antara mereka berenam berubah cerah ketika manager-hyung tersayang memberikan kabar—yang selama beberapa bulan terakhir ini—terasa sangat sakral dan langka. Liburan. Kosong. Tanpa jadwal, teriakan fans, album yang harus ditandatangani yang seolah tiada henti mengalir, dan latihan yang menguras tenaga hingga larut malam.

Orang bodoh yang hanya menghela napas panjang dan diikuti dengan perasaan hampa yang tiba-tiba menyergap ketika mendengar berita semacam itu.

Namun tentu, ada orang-orang seperti itu di dunia—walau bahkan, mungkin tak banyak.

Dan sialnya, Kris Wu tengah memandang penuh selidik pada tersangka satu itu.

“Kau sakit, Lu?” tanya Kris setelah berdeham agak keras. Lelaki di hadapannya terlihat linglung dan seolah melayang dalam imajinasinya sendiri. Tanggung jawabnya sebagai leader, ia adalah orang pertama yang harus mengetahui masalah anggota grupnya.

“Eh, oh, tidak.” Luhan menjawab dengan kalimat terpotong-potong, yang membuat dahi Kris mengernyit kian dalam. “Oh, kau sudah membuka pintunya. Ayo masuk, Kris. Udara dingin.”

Ruang tengah dorm terlalu berisik sore itu, dengan Jongdae yang terus berkoar akan membawakan banyak oleh-oleh sekembalinya nanti, Zitao yang sibuk di telepon meminta utnuk dipesankan tiket, Minseok yang… seperti biasa, menyalakan televisi dan duduk santai di sofa, menunggu semua keributan ini mereda, dan Yixing. Yixing berdiri di sana, menatap dengan wajah serius pada Luhan.

“Hei, Lu—“

“Bergegaslah, Zhang Yixing. Hanya tiga hari. Maksimal besok pagi kau sudah harus berangkat.” Luhan memotong kata-kata lelaki Changsha itu telak. “Sana bereskan bajumu, aku akan menyusul dan membantumu nanti, oke? Aku perlu ke kamar mandi.”

Dengan Luhan yang bergegas pergi, Kris berjalan pelan, dan bersedekap di samping Yixing. Lelaki itu menghela napasnya yang kentara, menyalurkan pikirannya pada Yixing yang masih menatap punggung Luhan hingga pintu kamar mandi akhirnya tertutup dari dalam.

You know what I’m thinking.

He’s always like that when we get day offs or something, remember?” Yixing menghela napas, bahunya merosot. “That’s why he kept silent on the way back here.

Berselang dua menit, dan Kris kembali angkat suara. “He doesn’t seem like he needs the toilet so bad earlier. I wonder what he does there.

Crying.

Dahi Kris berkerut lagi. “What?

Just kidding, Duizhang.” Senyum lebar Yixing menyambut kemudian. “Dia menumpahkan minumannya tadi. Kau tahu ia benci mengotori pakaiannya sendiri.”

Kris memutar bola matanya. “Kukira,” desahnya. “Bereskan pakaianmu, lalu kita makan malam. Dan cobalah untuk tidak melupakan sesuatu.”

Yixing menyipitkan kedua matanya, memandang dengan ekspresi mencela kepada Kris. “Iya, iya. Ponselku sekarang canggih. Aku sudah memenuhi to-do list-nya dengan semua yang kubutuhkan besok,” tuturnya, membela diri. “Jangan mencemaskanku begitu.”

Good boy.

“Oh ya. Cobalah untuk tidak mengenakan pakaian yang norak besok saat kau berjalan di bandara.”

Dan pintu kamar Yixing sudah tertutup lebih dulu sebelum Kris berhasil menghantam kepalanya dengan benda terdekat apapun yang mampu ia jangkau. Hah. Tapi Yixing ada benarnya. Dan Kris benci mengakui hal itu.

Yixing memerhatikan gerak-gerik sahabatnya yang sibuk menahan satu sisi koper untuk memudahkannya menarik ritsletingnya menutup dalam diam, membiarkan seulas senyum terkembang ketika Luhan tak sengaja membuat kopernya berdebum di atas lantai, menindih kakinya yang bebas bahkan tanpa kaus kaki.

Menghela napas pelan, dan Yixing kali ini mengambil tempat Luhan, menutup ristleting koper miliknya dengan sekali  gerakan.

“Kau yakin tidak ada yang tertinggal?” Luhan bertanya sambil terus mengaduh pelan. Ujung jari kakinya mulai membiru, dan malam ini ia tidak boleh menggerakkan kakinya terlalu semangat jika ingin cepat sembuh.

“Tidak,” jawab Yixing. “Kau sudah mendiktekannya tadi. Ingat?”

Luhan mengangkat bahunya. “Jangan membuatku berlari-lari besok pagi ke bandara karena kau melupakan tiketmu, atau dompetmu, atau yang paling penting oleh-oleh untuk ibumu besok,” tuturnya dengan nada bercanda yang terlalu dibuat-buat, dan Yixing agak merasa bersalah untuk itu.

“Kau tahu kau selalu diterima di rumah kami, Lu.” Yixing angkat suara. “Pergilah bersamaku ke Changsha besok. Kau tak harus sendirian menunggu di dorm.”

“Sudahlah.” Lelaki yang lebih tinggi itu menepuk bahu Yixing ringan. “Aku tak mau merusak waktu berkualitasmu dengan keluargamu. Aku akan menunggumu dan yang lain di sini. Bawakan saja aku oleh-oleh yang banyak, ya?”

Bahkan suara ceria Luhan hanya terdengar bagai angin lalu di telinga Yixing. Ia memandangi punggung Luhan yang tak setegap biasanya saat lelaki itu berjalan keluar karena suara Kris yang membahana dari ruang makan baru saja memanggil. Minseok yang malam ini memasakkan pasta yang spesial atas kejadian langka ini, dan barusan Zitao meminta izin pada Kris untuk keluar membeli berbotol-botol besar cola.

Mendengar namanya dipanggil dengan nada yang kian anarkis, Yixing menggelengkan kepalanya beberapa kali, melempar begitu saja satu set pakaian yang telah ia siapkan untuk dikenakannya besok pagi.

Jongdae telah mencapai bagian tengah cerita di mana ia dan Baekhyun hampir berhasil mengerjai Chanyeol kemarin siang ketika Yixing menapakkan kakinya di ruang makan. Minseok sibuk menuang saus beraroma keju ke atas tumpukan makaroni di piringnya, sementara Kris mengawasi Zitao membuka tutup cola. Terakhir kali mereka membiarkan Zitao—dan gerak-geriknya yang sedikit tidak sabaran—membuka tutup cola, ruang makan berpotensi besar dikerubungi semut dengan tumpahan minuman manis bersoda itu dimana-mana.

“Kau yakin akan tinggal?”

Suasana hening.

Sesaat setelah masing-masing piring telah penuh dengan makaroni dan saus kejunya, pertanyaan itu terlontar keluar dari bibir sang kakak tertua di dorm. Walaupun terlihat pendiam dan cuek, Minseok adalah seorang pengamat yang baik. Dan gerak-gerik Luhan yang tak seperti biasanya sepanjang sore ini, pastilah tidak luput dari penglihatannya.

“Ya.” Luhan berkata pendek.

“Kau tahu kau bisa ikut ak—“

“Tidak apa-apa, Minseok. Aku bisa menjaga diri dan menyenangkan diriku selama tiga hari ke depan.” Jawaban telak, dan bahkan Kris memberi sinyal lewat sudut matanya menyuruh Minseok tidak melanjutkan percakapan—atau perdebatan—ini.

Maka, acara makan malam itu berakhir begitu saja dengan Luhan yang meninggalkan meja pertama kali tanpa berkata apapun. Yixing hendak menyusul, namun tangan Jongdae terulur secepat yang ia bisa, dan menariknya kembali duduk. Lelaki itu menggelengkan kepalanya pelan.

“Sebaiknya kita biarkan dulu Luhan-hyung. Mungkin… ia butuh sendirian.”

“…harap tinggalkan pesan setelah bunyi ‘bip’”

Luhan berdeham. Sekarang, atau tidak sama sekali.

“Uhm… Halo Mom, Dad. Bagaimana kabar kalian? Kuharap baik-baik. Maaf aku baru menelepon kalian sekarang, uh, mungkin kalian sibuk dan aku tak ingin mengganggu.” Luhan menghentikan kalimatnya, memejamkan kedua matanya rapat-rapat kali ini. “Aku… masih berharap kalian bisa menerima keputusanku, dan kalaupun tidak, aku mengerti. Sangat. Aku tahu kalian lebih mengenalku dibanding diriku sendiri.

“Hanya ingin mengatakan ini. Aku akan menelepon lagi nanti, dan kuharap kalian berkenan mengangkatnya. Baik-baik di sana, Mom, Dad. Aku mencintai kalian.”

Degupan yang semula menghentak-hentak di dadanya berkurang, pun keringat dingin yang kini mulai membasahi dahinya membantunya menenangkan dirinya kembali. Sudah dapat dipastikan, bahkan sebelum Luhan mengetikkan nomor-nomor itu di ponselnya. Ia tidak kaget dan kecewa ketika hanya mesin yang menjawab panggilannya.

Ia memasukkan ponselnya ke dalam saku dengan sekali gerakan, saat kembali didengarnya suara ricuh di luar kamar. Well, ia yang bangun paling pagi hari ini, berkeliling dorm membangunkan anak-anak buaya yang tidur seperti mati. Bahkan Luhan harus menusuk-nusuk pipi Yixing dengan spidol, lalu mengancamnya akan menggambari wajahnya dengan spidol permanen supaya bangun.

Jongdae tengah  bersusah payah memasukkan sebungkus besar keripik kentang ke dalam tas ranselnya yang menggembung ketika Luhan membuka pintu. Lalu Yixing yang berkeliling di ruang tengah mencari-cari tiket pesawatnya.

“Di sakumu mungkin.” Zitao menyahut sembari mengencangkan tali sepatunya.

“Periksa di bawah topi di kepalamu, Yixing. Kau selalu menaruh benda-benda di tempat yang tak terduga,” timpal Kris yang masih sibuk dengan produk perawatan kulitnya.

“Jangan-jangan kau memang belum memesan tiket.” Jawaban Jongdae mungkin yang paling horor bagi Yixing pagi itu.

Luhan berdecak. “Kau sudah memasukkannya dalam tasmu, Yixing.”

Maka, si lelaki Changsha itu menampar dahinya pelan. “Oh iya. Kenapa tak terpikir daritadi mencarinya di sana.”

Bahkan Minseok kali ini sempat ingin berjalan ke arah Yixing dan mencubit kedua pipinya sampai merah saking gemasnya—lebih gemas dari Kris yang tiba-tiba menghela napasnya sesabar mungkin. Apanya yang ponsel canggih dan mengisi seluruh to-do list. Terserah Yixing sajalah.

Pukul delapan lewat sepuluh, dan suasana dorm yang semula ricuh dengan kejadian kecil di sana-sini sekrang sunyi. Hanya ada riuh rendah komentator pertandingan sepak bola yang disiarkan ulang dari televisi di ruang tengah, keran air di wastafel yang lupa dimatikan, dan Jongdae yang tengah menerima telepon.

Luhan memerhatikan pemandangan di hadapannya dalam diam. Pikirannya kembali pada memorinya pagi ini, ketika ia memutuskan menelepon ke rumahnya di Beijing. Hasilnya sama saja. Sama seperti ratusan usaha yang ia lakukan berhari-hari ke belakang. Dan dengan pikiran itu, ia tersenyum kecut, tidak menyadari bahwa kini Jongdae duduk di sebelahnya.

“Hei, Hyung.”

Luhan menoleh. “Ya?”

“Aku tidak akan memintamu untuk pergi denganku pulang ke rumah, tidak, karena kau pasti akan memotong kalimatku.” Jongdae tersenyum timpang. “Aku hanya bisa berjanji akan membawakanmu oleh-oleh yang banyak. Hati-hati di dorm ya, Hyung. Jangan pergi keluar sendirian. Fans-fans itu akan menguntitmu nanti.”

Mulanya Luhan hendak protes, namun ia mengurungkan niatnya. Satu tangannya bergerak, menepuk bahu Jongdae. “Kurasa aku akan menghabiskan waktuku menonton film. Chanyeol mengisikan banyak film ke laptop Kris kemarin, dan untunglah dia tidak membawa benda itu pulang.”

“Nah, begitu lebih baik,” tutur Jongdae, mengangguk. Ia kini meniti langkahnya menuju pintu depan. “Cobalah untuk tidak membakar dorm, ya, Hyung—”

“Hei!”

“Aku pulang dulu!”

Dan begitu saja. Suasana dorm kini benar-benar sepi.

Satu update lagi. Kali ini dari Zitao yang berfoto bersama keluarganya di ruang makan dalam sebuah acara makan besar, dan sepertinya semua hadir di sana. Di meja yang berbentuk persegi panjang telah terhidang sajian mewah dan lengkap—dan Luhan berani bertaruh pasti si anak panda itu yang meminta semuanya.

Well, dia juga tak bisa menyalahkan Zitao juga—dan teman-temannya yang lain, yang seolah tak berhenti memenuhi akun sosial mereka dengan foto-foto ketika liburan. Hah. Kesempatan langka, siapa yang rela menyia-nyiakannya?

Ia sudah mencoba menelepon orangtuanya lagi siang ini, dan hasilnya sama, hanya mesin penjawab yang berteriak nyaring di telinga. Masih dengan kata-kata yang sama, menyuruh meninggalkan pesan setelah bunyi ‘bip’ sialan yang rasanya mengejek di seberang sana. Maka, dengan kata-kata yang sama pula, Luhan meninggalkan pesan singkatnya, lalu mematikan kembali sambungannya, dan melempar ponselnya entah kemana.

Besok adalah hari terakhir dari liburan singkat yang diberikan perusahaan, dan dua hari ini rasanya ia seperti seekor kucing tanpa mainan. Bangun, mandi, makan, menonton film, makan lagi, lalu tidur. Apalagi memangnya yang perlu ia kerjakan? Jalan-jalan? Sendirian? Yeah, dia bisa melakukannya nanti kalau sudah bosan hidup. Entah fans mana yang nanti beruntung bisa menculiknya di jalan.

Hah, mungkin baru besok sore teman-temannya sampai di dorm.

Sudah pukul sembilan, dan kumpulan film yang tempo hari diberikan Chanyeol kini hanya bagai ayam goreng tersisa tulang. Semuanya telah habis ia tonton—bahkan untuk membunuh waktu, ia menonton ulang beberapa. Tanyakan di adegan mana pemeran utamanya mati, atau kapan hantunya muncul, atau bahkan pakaian berwarna apa yang dikenakan pemeran antagonisnya ketika sedang buang air. Dia sudah hapal di luar kepala.

Dan ketika Luhan hendak mematikan lampu di ruang tengah dorm, suara bel di pintu depan menghentikan gerakannya. Siapa malam-malam begini? Tadi ia tak mengigau dan memesan pizza ukuran besar, kan?

Maka dengan langkah diseret, Luhan membawa tubuhnya ke pintu, memutar kuncinya, dan terhuyung mundur ketika tubuh tinggi Zitao menghambur kepadanya.

“Luhan-gege!”

Lelaki mungil itu harus memukul-mukul punggung si maknae yang memeluknya kelewat anarkis. “Hei! Hei! Apa yang kaulakukan di sini, hah?!”

“Ya ampun, kau tidak gembira melihatku?” Zitao melepaskan pelukannya pada Luhan, melangkah mundur, dan menutup pintu. “Mana yang lain? Kris-ge belum datang?” Lelaki itu meletakkan ranselnya asal, berjalan melewati bahu Luhan yang masih berdiri kebingungan.

“Kupikir kau pulang besok.”

Zitao mengangkat bahu. “Tadinya, tapi—“

Ting!

“—itu mungkin Jongdae-hyung dan Minseok-hyung! Biar aku yang buka. Kau duduklah, Luhan-ge, aku membawakanmu banyak sekali makanan!”

Masih dengan pandangan linglung, lelaki itu melangkah menuju sofa, mendudukkan tubuhnya di sana. Ia menatap pada ransel Zitao yang menggembung dan setengah terbuka. Anak panda itu tidak bohong. Bahkan aromanya saja mulai tercium.

“Luhan-hyuuung! Lihat, lihat ini kubawakan apa!” Jongdae berteriak melengking, berlari-lari menyeberangi ruangan dengan sebungkus besar keripik kentang di tangannya. “Ini kesukaanmu! Oh, oh aku masih punya  banyak di tas. Kita bisa menghabiskannya sambil menonton film besok!”

“Halo, Lu.” Kini Minseok yang berdiri di hadapannya—setelah ia berhasil melepaskan pelukan Jongdae yang tak kalah anarkis. “Baik-baik saja?”

Well, setidaknya aku masih hidup.” Luhan mengangkat bahu.

Ting!

Kali ini Yixing yang muncul di pintu, terengah-engah sembari menuntut untuk cepat-cepat masuk ketika Jongdae membukakan pintunya.

“Kau kenapa?”

Yixing menoleh dengan pandangan was-was, menutup pintu, lalu menguncinya. Lelaki itu menenangkan dirinya setelah beberapa saat. “Aku lupa mengambil uangku di atm. Kubayar taksinya setengah harga dari argo yang tertera.”

Suasana hening, dan detik berikutnya, akhirnya Minseok berhasil mencubit kedua pipi Yixing. “Entah aku gemas karena kau lupa, atau karena aku ingin sekali menjitak kepalamu.”

Denting bel terdengar lagi, dan tak perlu tebak-menebak siapa yang berdiri di depan pintu kali ini. Hanya Luhan yang masih melongo di sofa ketika sosok tinggi Kris menyusul yang lain ke ruang tengah, diikuti Zitao yang tadi membukakan pintu.

Sang Duizhang memberikan sinyal pada anak-anaknya, menyuruh mereka berkumpul di ruang tengah, sementara dirinya sendiri mengeluarkan tiga kotak besar pizza berukuran besar, lima buah botol cola, dan beberapa macam snack lain dari kantung plastik besar. Zitao bahkan juga memamerkan tas ranselnya yang menggembung oleh hadiah.

“Liburnya tiga hari, kan?” Luhan bertanya, masih bingung.

“Yep,” jawab Minseok, membukakan saus sambal dan menuang isinya.

“Kenapa kalian sudah kembali?”

“Karena besok masih tersisa satu hari.” Kini Jongdae yang menjawab sebelum menyerang potongan pizza  di tangannya dengan sebuah gigitan besar.

Rasa-rasanya Luhan ingin memakan meja di hadapannya sekarang juga. “Nah. Karena besok masih tersisa satu hari, Teman-teman. Bukankah kalian harus menghabiskannya dengan keluarga kalian dan bukannya kembali ke sini lebih awal?”

Kris menghela napas. “And you think you’re not our family? Don’t be stupid, you Kid.

What?

“Lihat. Aku sudah memesankan tiket untuk pertunjukan pukul dua belas siang, lalu setelah itu kita bisa makan di sini, aku memiliki kupon diskonnya, banyak sekali.” Yixing memekik, menunjuk-nunjuk belasan lembar kupon di tangannya. “Lalu setelah itu kita bisa menghabiskan oleh-oleh segudang ini besok. Wuah, pasti menyenangkan! Dan Lu, yeah, kita kembali untukmu. Masih tersisa satu hari, dan kita bisa menghabiskannya bersama.”

“Oh, ya ampun, jangan pasang wajah begitu, Luhan-hyung. Kau ini seperti anak kecil!” Jongdae mencoba memeluk Luhan lagi, melupakan pizza-nya yang tersisa setengah, diikuti Minseok yang mengulurkan tangan dan mengusap-usap punggung lelaki itu.

“Minggir, Jongdae-hyung, aku juga mau memeluk Gege!”

“Hei, Lu, nanti saja kau kupeluk sambil kujadikan guling.”

“Aku titip satu pelukan untuk Luhan. Aku malas bangun.”

Ruang tengah sudah dibersihkan, pun aroma sabun beterbangan di mana-mana. Seperti biasa, selalu melakukan hom-pim-pah untuk menentukan siapa yang akan masuk ke kamar mandi untuk pertama kali, sementara yang lain menunggu di ruang tengah.

Luhan tak heran ketika Kris muncul dari balik pintu kamarnya dengan sekantung produk perawatan kulit di tangannya. Ia mengambil tempat di sebelah Luhan yang tengah menonton acara berita malam. Yah, bahkan sejak satu-persatu anak-anak buaya itu mencoba memeluknya, ia masih terdiam, seolah linglung.

Senang? Iya, tentu saja. Tapi tetap saja masih ada yang mengganjal di hatinya, dan kenyataan itu masih menghantuinya sekarang. Ponselnya pun sejak tadi masih belum menunjukkan notifikasi apapun. Panggilan telepon, atau pesan singkat, atau apapun. Luhan tersenyum kecut. Mungkin pendirian orangtuanya masih sama hingga sekarang.

“Perlahan mereka pasti akan mengerti, Lu. Percaya padaku.” Seolah mampu membaca pikiran orang lain, suara Kris menyeruak di antara ocehan si pembawa berita. “Lakukan saja dulu yang terbaik, dan tunjukkan pada mereka. Mereka tak akan selamanya melakukan perang dingin denganmu, kan?”

Di samping Kris, Luhan menghela napas dengan cukup kentara. “Entahlah. Aku tak merasa semangat seperti dulu rasanya,” jawabnya jujur. “Setidaknya biarkan aku mendengar suara mereka, sudah cukup. Mereka tak setuju pun tidak apa-apa. Aku hanya ingin mengucapkan ‘halo’ dan mengobrol sebentar.”

Hening. Kris bingung menjawab apa.

Hanya ketika sepertinya pembicaraan itu mustahil untuk dilanjut, Yixing yang berlari tergopoh-gopoh ke ruang tengah menarik perhatian keduanya. Ponsel Luhan ada di tangannya, dan senyum lebar Yixing seperti menjawab kerisauan sahabatnya selama dua hari ini.

“Luhan, lihatlah! Orangtuamu menelepon!”

* * *

ah, word vomit is the best ya hahahaha. oke idenya mengalir gitu aja abis aku baca factsnya china-line di blognya kak putri yang maximismo hehehehe. semacam campuran adorable, menyentuh, tapi ada yang nyes juga hiks. anyway, here you are. the monster masih aku kerjain ^^

thank you for reading and have a good day, fellas!

baik-baik yaa kalian x'))
baik-baik yaa kalian x’))

31 thoughts on “Of Phone Call and a Best Friend Hug

  1. Enggak tau mau ngomong dari mana, tapi ini bagus (atau semua yang aku baca emang bagus, yeah).
    Awalnya aku pikir ini layhan (secara di awal adegannya luhan galau terus dilanjur yixing dan blablabla). Kemudian di bagian Luhan mati bosen gegara dorm kosong, baru aku sadar kalo ini cerita ot6, hahaha.
    Aku sendiri iri banget sama Luhan punya temen kaya gitu karena selama puluhan tahun aku hidup enggak pernah tuh ada yang care banget #curcol.
    Pokoknya baguslah, suka banget!

    Like

    1. ahahahah aku lagi kangen pake banget sama ot6-nya M haha. ga tau kenapa. emang lagi masa galau ini #tolongabaikan
      iya ya, samaan inih juga. hahaha #lalucurhat.
      well, makasi yaa Na, glad to have you here again hihi.
      makasi banyaak \o/

      Like

  2. (akhirnya nggak pakai curi spot lagi) (yaaay)
    Kaaaaak kenapa akhir-akhir ini banyak posting sih huhu aku iriiiiiiiiii, masih libur ya jangan-jangan? Makin iriiiiiii *eh*
    Serius deh yifan’s snide remark towards xing’s habit and how xing retorts with an argument about his smartphone and the to-do list (yang akhirnya nggak berguna karena bahkan naruh tiket-slash-sudah pesan tiket atau belum aja dia gak bisa ingat). Iya sih… tapi kemudian jadi membayangkan akan jadi apa hidupnya bila suatu hari ia lupa passcode hpnya *eh* dan juga jadi bayangin beneran apa yang bakal terjadi kalau luhan lari-lari di airport demi nganterin sesuatu buat yixing yang bodohnya ketinggalan di dorm; bakal serusuh apa airport-nya. Hehe.
    DAN PAKAIAN NORAK KRIS HALO APA KABAR MR. I’M-MODELLING-AT-THE-AIRPORT HAHAHA. Dan anak-anak buaya (juga ancaman spidol permanen). Ya ampun sumpah those people who keeps eating in each aired episode.
    Oke, cukup ngetawain dua orang itu. Suka banget sama perhatiannya bocah-bocah ini ke luhaaaaaaan x’3 bahkan sampai rela ngorbanin sehari liburan yang ekstra-berharga buat nemenin luhan di dorm biar nggak galau terus mati dirundung gundah. meski nggak bisa benar-benar ngilangin sedihnya lulu karena dicuekin (eh bener kan ya) sama orangtuanya, seenggaknya agak ringan dikit~ duh boleh dong pesan bocah-bocah ini buat dijadiin temen, bisa? *eh*
    Dan waktu orangtua luhan akhirnya beneran nelpon, sumpah rasanya ikut seneng. Haha aduh terharu serius *cari tisu*
    Anyway kak, aku harus bilang apa lagiiii ;_; nggak ngerti haha pokoknya bagus banget aaaaa suka deskripsi anak-anak M di sini, seolah masuk banget sama karakter mereka IRL (meski kita mustahil tahu persisnya gimana, tapi membayangkan mereka begini tetap nyambung banget). Suka banget x’D obat stres setelah didera jadwal neraka huahahaha *eh*

    Like

    1. aufaaaaa kyaaah glad to have you here agaaiiiinnnn x’)))
      nooo. aku malah udah masuk kuliah ini dari 2 minggu yang lalu malah, dan writer’s blocknya ngilang pas banget pas aku masuk, bete kan. kamu tau liburan kemaren kerjaanku berantem sama word terus. diem-dieman xD
      iya ih. aku mah takutnya yixing ini sok sokan pake passcode gitu buat hpnya, takut kalo anak anak laen kepoin hp dia. terus suatu waktu dia mau nelpon, lagi buru buru, terus lupa passcode hahahhaaha xD
      iyasih kita nggak atau mereka aslinya gimana. tapi yasudahlah ya, biarkan 6 orang ini gila-gilaan sebatas di tulisan dan di blog xD
      and, and thank you soooo much. aku nunggu aufa release another ff jugaaa. dan iya, kemaren emang wordpress suudzon banget. aku kira komenku kenapa. aku nggak ngomong aneh aneh kok, sumpah deh xD
      okehsip. semoga jadwal nerakanya cepet selesai aufaa. have a good day! ^^

      Like

    1. HAHAHAHA YA TUHAN FIKAA, THIS IS GOLD AKDLSJSKDJKS

      akhirnya the mighty kris wu comeback dengan image daddy-nya aaaaakkkkkkkk dia nggak tau betapa kangennya kita sama image beliau gitu dan ini ot6 OT6 dengan bocah buaya minta diculik dan daddy satu satunya yg paling waras aaaakkkkkkk this is precious :>

      aku suka karakter bocah bocah di sini, dan yap i see fika ngebangun beberapa dr fakta yg aku tulis aakk padahal itu nulis belum kelar juga xD karena aku kebanyakan nulis komen huhuhu but anyway aku seneng kalo ternyata menginspirasi fikaa :>

      jongdae forever melengking suaranya, aku bisa bayangin suaranya menuh menuhin xD minseok forever calm and caring uuu minseok akhirnya sukses nyubit pipinya yixing dong, aku mau titip cubitin juga dong xD kris the daddy aaakkkkkk diem diem toserba dia mah, galak tp baik dia ih x’)) zitao forever random, dasar maknae dan yixing hih forever forgetful bahkan minseok sampe gemes berarti dia udah parah pelupanya ya tuhaaan :’))

      pasti yg mau peluk luhan dijadiin guling si yixing deh, pasti yg mau titip peluk lu soalnya males bangun si kris deeh aaakkkk aku mau titip peluk jugaaa dan endingnyaaa

      good job fikaa, fluff comfort warmnya dapet, dan humornya nggak usah ditanya! this is golden :’)

      Like

      1. ehehehe daddy sekalinya waras, waras banget. sekalinya miring, miring banget. lama bener pula, ga comeback comeback hiks. iyaa kak puut itu faktanya bikin senyum senyum, terus tapi nyes juga yang bagian orangtuanya luhan (dan aku harap kalaupun itu beneran sekarang mereka udah damai.kasian luhannya ;;___;;)

        yaampun daddy toserba xD
        iya kak putri makasi banyak yaaaa \o/

        Like

  3. emang kok temen biasa aja kalo lagi liburan kenaikan kelas bisa ngangenin, apalagi temen yang udah tidur bareng, mandi bareng, ileran bareng, kerja bareng, tepar bareng, pokoknya semua bareng deh. ya wajarlah kalo si luhan rindu ama mereka semua plus dia emang gapunya tempat untuk “pulang”.

    tapi affectionnya emang dapet banget apalagi si ojongdae ama zitao. minseokiii! kamu itu kok selalu keliatan kayak gunung es yang ditabrak sama kapal titanik sih? dingin tapi perhatian lol apa ini?

    kris bilang, “Aku titip satu pelukan untuk Luhan.
    Aku malas bangun.” mwahahaha… leader pemalas kitaah sorada sorada!

    rada haru pas si ising dateng dateng bilang, ada telepon dan pas diliat itu dari rumah. tidaaak… penantianmu selama ini nak, terbalaskan sudah…

    peluk cium untuk kak fika soalnya udh bikin aku rindu sama temen-temen aku…

    Like

      1. yaampun ilerang bareng xD hahahahahaha.
        iya emang ngangenin banget. apalagi kalo kuliah gini sekalinya libur sebulan-dua bulan, kerasa banget yang biasanya siang siang abis kelas suka ngerandom dimana gitu pas liburan sepi hahahaha.
        hahaha. makasi yaa udah baca dan komen x’))

        Like

  4. Ahhhhh, kak fikaaaa..

    Yang jelas ini bisa buat mood aku balik lagi. Dan senang bisa kembali ke trashy treasure.

    Yang pertama,
    aku gak bisa lebih senang lagi dari ini karena wu fan kita sudah kembali ke hidupnya yang dulu. Image nya yg udah rusak di showtime bisa kembali menjadi Kris si leader exo m disini. Ahh,sukaa ^^

    yang kedua, apapun tentang anak-anak buaya, yang dilanjutkan dengan pakaian norak. Aduhh, rasanya mau culik mereka semua terus dijadikan pajangan kamar.

    Ini tentang Luhan ge, dan well sempat buat aku mikir kak fika dapat ide jenius ini darimana sampai fic ini terasa nyata.
    Aku masih harus banyak belajar ^.^

    pokoknya aku suka ini. Semangat buat nulisnya ya,kak fika.. ^^

    Like

    1. glad to have you here again too, ivanaaaa hehehehe.
      iya iya iya. demi lah aku juga berdoa wufan cepetan sembuh dari keanehannya di exo showtime terus balik lagi jadi dirinya, si leader exo m itu huhuhuhu.
      ayo kita culik sama sama aja hahahaha xD
      iniiii, dari facts” china-line kok ivana, waktu itu aku lagi baca” di blognya kak putri yang maximismo hihi xD
      siiip. semangat juga ivanaaa ^^

      Like

  5. masyaAllah kak ini apaaaa. setiap baca tiap paragrafnya, aku selalu pengen komen, tapi giliran mau nulis gak tau mau bilang apa. seperti yang kakak bilang, ini emang adorable, nyesek dan nyes.

    aku awalnya bingung (lagi lagi bingung HAHAHA) soalnya ada begitu banyak tokohnya. dari awal aku suka yixing, dia bagai pemberi warna dalam cerita ini. aku sampe gregetan lihat betapa pelupanya dia, aku juga pelupa tapi gak separah itu deh hehehe lalu dibagian tengah aku suka si jongdae yang adorable. sumpah mau aku nikahin dia kalo begini kelakuannya. dan terakhir mau ending, aku suka karakter zitao, penggambaran karakternya cocok banget karena dia maknae. dan aku suka yang lainnya juga.

    ceritanya, aku suka. ada bagian tertentu yang bikin ngakak, terutama yixing. ada bagian yang bikin aku nyes sampe air mata bergulir, waktu mereka semua datang tiba-tiba tengah malam, aah how sweet. dan ada bagian yang precious banget, waktu mereka rebutan pengen meluk luhan. gak jadi pukpuk luhan deh:”

    ini mungkin simple kak, tapi aku suka kakak nggak ngeganti panggilan jongdae ke luhan dengan ge dan tetep luhan. narasinya padat dan mendetail sekali. suka suka suka!

    Like

    1. hehehehe ini ot6 exo-m jean. huhu bingung ya orangnya kebanyakan. untung gajadi aku bikin ot12 kemaren xD
      jongdae kan semacam yang bikin suasana dorm jadi berisik wakaka.
      hehehehe makasi banyak yaa jeany.. ^^

      Like

  6. malangnya nasib lulu Y.Y
    terharu deh sama member yang lain, pwehatian banget sama luhan…
    apalagi yixing yang walaupun pikun ya, tapi gak pernah lupa sama temennya. tapi dari tadi dia bikin ngakak mulu XD
    pikunnya parah banget masa, gak ada obatnya ya XD
    jangan2 dia juga lupa ngecek to-do list di hp nya tuh…wong tiket udah dimasukin ke tas kok, luhan jadi kayak otak ke duanya yixing…semua musti diingetin luhan XD
    beneran deh kak, aku tersentuh bacanya waktu member lain pada pulang lebih awal supaya luhan gak kelamaan kesepiannya :D
    lega juga akhirnya orangtuanya mau ngalah n nelpon balik.
    daebak daebak!!
    umm….aku bingung mau komentar apa lagi, masih blank nih *.*
    ijin baca ff yg lain aja deh :D

    Like

    1. Halah to do list di hpnya juga itukan gak kepake juga akhir akhirnya. Semacam luhan ini agenda berjalannya yixing hahaha xD
      Iyaaak. Samaaa. Aku harap di kejadian sebenarnya juga kayak gitu huhu. Laaah jangan blank atuh hahaha. Sip sip. Selamat baca yaaaa :D

      Like

  7. aku terharu.
    Luhan, pasti orang tuamu bakal bangga memiliki putra tampan sepertimu.
    Ini menjadi alasan kenapa aku lebih condong ke exo m. kalo liat bawaan mereka tuh semacam asyik nyante gitu dengan karakter yang mejikuhibiniu. XP
    sebagai fans biasa, semoga pertemanan mereka bisa menghapus suasana yang biking nyesss bagi masing masing membernya. entah itu keadaannya lulu beneran kaya gitu ato engga, just pray best for him.
    fik, yang ini sweet. dan udah lama aku nunggu ada yang bikin faktanya luhan satu ini jadi sebuah fiction. and yeah, you done it perfectly as always.

    fikeey fighting! :D

    Like

    1. NAH KAN!
      iya aku setuju sama kamu, vi. aku juga dari dulu kalo masalah klop sama friendship aku lebih condong ke m serius deh. walaupun di var show mereka ngomong kayak kumur kumur bodo amat. aku tonton sampe abis. pas dulu var show jaman mama mereka kayak patung doang, nyuruh kris ngomong, itupun tetep aku abisin nontonnya xD
      iya semoga luhannya udah baikan deh sama ortunya huhu. kasian dianyaa x'((
      makasi yaa ulvi udah bacaa x))

      Like

  8. Fikaaaaaaaaaaaaaaaaaaah! huhuhuhu aku nyerahlah kalo baca ff friendship punya kamu, seriusan deh, selalu ngena dan gatau kenapa kamu tuh kalo bawain genre friendship yo yo yo keren banget santai dan greget >,,,< sejauh ini kamu yang paling oke kalo urusan friendship, menurutku.
    Aku bingung mau komen apa soalnya dari awal sampe akhir aku sangat enjoy fik :') karena ini canon, aku jadi ngerasa kalo ini tuh nyataaaaaaaa banget, dan dan jadi bikin aku makin sayang sama mereka. duh :')
    makasih udah bikin karakter kris sedikit waras, dan juga empat anak yang lainnya care nya minta dikarungin bangetlah. aku jadi pengen masuk ke cerita juga, jadi anggota exo m ketujuh supaya bisa berbagi kasih (lah kenapa jadi kayak acara amal) sama luhan yang pasti udah kangen parah sama keluarganya :')
    ah aku sayang banget sama mereka, ini keren fika, ih keren sekali. ah

    Like

    1. nisaaaaaa! kyaaah glad you like it hehehe x’))
      kris! sebenernya kris itu waras kok, coba aja ini anak nggak ngancurin image dia sendiri pas exost. sumpah pas jaman jaman itu rasanya pengen ngamukin kris. image dia yang udah eksklusif banget dari jaman mama hancur berkeping keping hih;;;
      iya nisaa. semoga di kehidupan benerannya itu luhan udah baikan huhu. kasian luhannyaa;;;
      makasi banyak yaa nisaaa x))

      Like

  9. akhirnya ortunya luhan nelfon,leganya :)
    friendshipnya kerasa banget pas member lain datang lebih awal dengan tujuan mau ngabisin hari terakhir liburan bareng luhan

    Like

  10. Baca ini jadi pengen pukpuk luhan selamanya dengan penuh cinta dan kasih. My Lulu. Huhuhuhu.
    Bahagianya punya temen-temen kayak mereka, lucky him :””””

    Like

  11. EXO-M OT6!! Kangen banget sama anak-anak buaya ini!! Friendship nya kerasa bangett!

    Aku bener-bener ikut ngerasain apa yg dirasain luhan. Dia pengen banvet say hi sama orang tuanya, tp orang tuanya malah perang dingin gt sama dia. BUT FINALLY ORANG TUA NYA TELPON /TEBAR KONFETI/

    Aku suka banget sama friendship mereka disini! Kerasa banget gituu, seru banget kalo punya sahabat kayak mereka. Baguss! Ditunggu karya lainnya, semangat!! ;)

    Like

  12. Bikin terharu banget ceritanya, menyentuh juga, apalahi aku baru baca skrg hehe.. yaahh setelah LuKris keluar itu rasanya… nyesss banget. Daebak lah pokoknya setiap ff kamu itu, emosi, feel nya juga dapet banget!

    Like

Leave a comment